Kalau mendengar orang berkata, “wah aku stres banget nih,” pasti sudah dicap dia sedang sakit mental. Atau jika ada yang sedang kalut, biasanya langsung disebut, “dia sedang stres”. Jadi, stres ini sudah dikonotasikan buruk.
Sampai sampai mungkin kita sangat takut dengan kata stres? Seolah stres itu semacam penyakit yang kudu dihalau jauh-jauh?
.
Dulu saya juga berpikir begitu. Akhirnya berusaha damai, tenang, bahagia terus dan lain lain….eeeh malah tambah gak bisa tenang dan damai, malah menderita
. Seperti saya dulu, kebanyakan orang juga beranggapan bahwa stres itu buruk, bisa bikin sakit fisik, depresi, bahkan parahnya, bisa membuat bunuh diri.

.
Ya, stres memang bisa menimbulkan dampak buruk. Sesuai dengan makna katanya, yaitu: gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan. (KBBI)
.
Tetapi, sesungguhnya stres juga bisa jadi baik, dan memiliki dampak baik. Jadi ada yang namanya eustres, yaitu stres yang memberdayakan. Ada disstres, stres yang menghancurkan.
.
Bisakah kita terhindar dari stres dalam hidup sehari-hari? Orang hidup pasti ada kebutuhan dan tanggung jawab, dan itu pasti menimbulkan stres dengan kapasitas tertentu. Dari anak-anak hingga remaja kita sudah dilatih untuk stres, yaitu dengan belajar banyak pelajaran. Itu membuat stres, tetapi kemampuan berpikir kita mengembang. Begitu pun saat dewasa, stres tetap dibutuhkan. Tanpa stres, manusia tidak akan bertumbuh dan berkembang. Jadi, setiap hari mungkin kita akan menghadapi stres-stres yang berbeda-beda.
.
Tetapi ketidakmampuan mengelola stres juga berbahaya untuk kesehatan mental, jiwa dan raga. Jadi memang penting untuk tahu bagaimana cara mengelola stres kita masing-masing, sehingga stres kita masih dalam tahap terkontrol.
Saat kita kecil kehilangan uang seribu rupiah, bisa bikin kita stres. Kemudian dewasa sedikit, stres kita muncul dengan tantangan yang berbeda lagi. Kuncinya, bagaimana meningkatkan kemampuan mengelola stres kita, sebagai batu loncatan untuk membesarkan kapasitas diri kita.
Orang yang tidak biasa olah raga, jika ingin badannya bagus, butuh latihan otot dan itu bikin stres tubuh. Tetapi latihan yang terus menerus menghasilkan bentuk tubuh yang bagus dan sehat.
.
Orang yang keuangannya kecil, kalau mau meningkatkan keuangannya butuh latihan otot finansial, menguras pikiran, menggali kreativitas, melatih kedisiplinan dan lain-lain, itu juga bikin stres. Tetapi latihan otot finansial itu membuat kapasitas keuangannya juga membesar, sukses dan kaya.
.
Orang yang mendalami spiritualitas juga sama, stres juga musti mengolah batin dengan tantangan dan latihan yang berat, tetapi latihan itu mampu membawanya mencecap manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
.
Ketika sudah berlatih membiasakan diri dengan stres yang terkontrol, maka toleransi terhadap stres melebar, ini membuat kita lebih mudah berhadapan dengan masalah yang tidak kita harapkan. Mengetahui & berlatih hal ini membuat kita tidak lagi bermusuhan dengan stres, sebaliknya berteman dalam membantu pencapaian-pencapaian dalam hidup, kata Gobind Vasdef.
Kata bunda Teresa, “jika kau ingin mengubah dunia, pulanglah ke rumah dan cintailah keluargamu”. Kok bisa mencintai keluarga setara dengan mengubah dunia?
.
Ya, karena barangkali dalam membangun keluarga, semua stres ada di sana
. Latihan terus menerus dalam mencintai keluarga, adalah jalan ampuh untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas lahir dan batin. Apalagi yang dibutuhkan manusia, selain ketenangan dan keberkahan hidup bukan?

Apakah Stres itu Buruk?