Kejahatan yang disebabkan karena cinta, sudah sejak dulu ada di dunia. Dan baru-baru ini merebak diperbincangkan kisah seorang manajer HRD berinisial RHW mati dimutilasi di sebuah apartemen dengan pasangan asmaranya.
Wanita yang berinisial LAS dengan modus cinta, memberikan gambaran surga bagi RHW yang mungkin sesungguhnya sedang mencari cinta sejati. Tapi apalah daya, jika cinta RHW berujung meregangnya nyawa.
Antara RHW dan LAS, mereka berkenalan melalui aplikasi media sosial tinder. Tentunya banyak sekali sejoli yang saat ini sedang membangun hubungan cinta, dan mereka awal mula kenalnya, ya dari dunia maya.
Dan saya kira bukan hanya kisah asmara antara RHW dan LAS saja, yang berakhir tragis. Berita-berita banyak mengabarkan kisah lainnya. Demikian juga dengan beberapa teman dunia maya saya, yang curhat di messenger face book saya menceritakan kisah asmara mereka. Meskipun tidak setragis sampai kehilangan nyawa, tetap saja kisahnya membuat iba.
Misalnya, cerita seorang wanita yang menjalin hubungan cinta bermula dari dunia maya. Lalu ternyata si pria menjual cinta hanya untuk morotin uang si wanita ini saja. Setelah puas menikmati harta si wanita, ia melenggang pergi menawarkan cinta ke lain hati. Kan biadab banget tuh.
Tapi saya juga tidak menyalahkan 100% si pria, pasti ada andil wanitanya juga di situ. Kok begitu percayanya? kok begitu bodohnya mau diporotin? kadang sampai tepok jidat sendiri.
Seorang kenalan di dunia maya lain menceritakan kisah cintanya. Bagaimana hingga sebuah apartemen dan lainnya sudah diberikan cuma-cuma oleh si wanita. Boleh dipakai bebas semaunya. Ternyata tiba-tiba mengabarkan bahwa lelakinya menikah dengan wanita lain. Ajur bener kan itu hati.
Cerita lainnya, ada yang sudah menjalin hubungan lama. Pernikahan pun sudah di depan mata. Tetapi usut punya usut, si lelaki itu ternyata sudah punya keluarga. Oh Tuhan!
Saya jadi menilik kisah cinta saya pribadi. Bagaimana saya dulunya dekat dengan seorang pria yang kini menjadi suami saya, juga berawal dari media sosial. Saya mengenalnya sebagai orang yang cerdas, tulisan-tulisannya selalu menggelitik benak saya.
Akhirnya kami selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi berbagai hal di messenger face book. Dan entah sejak kapan benih-benih cinta itu muncul. Hingga menikahlah kami akhirnya.
Dan saya rasa, banyak juga orang-orang yang menemukan jodohnya, karena bermula dari dunia maya. Seperti kisah teman saya, lulusan IPB. Ia berkenalan dengan pria di face book, yang seorang sarjana dari UGM. Mereka akhirnya dekat dan menikah. Dan hingga kini, keluarganya baik-baik saja.
Ada seorang kenalan juga yang baru-baru ini menikah, yang ia berjumpa dengan jodohnya berawal dari media sosial. Ia seorang pria yang tinggal di Surabaya. Mengajar on line yang infonya ia share di media sosial, adalah salah satu aktivitasnya.
Dan seorang gadis dari Samarinda, ikut menjadi salah satu pesertanya. Lalu hubungan guru-murid ini berlanjut menjadi hubungan asmara. Akhirnya mereka pun menikah. Dan saat ini, buah cinta mereka tengah menunggu untuk lahir ke dunia.
Ada yang menjalin cinta dari media sosial berakhir baik-baik saja dan bahagia, ada juga yang berakhir menderita karena tertipu cinta. Lalu dimana letak kesalahannya, merajut cinta dengan orang yang dikenal yang bermula dari media sosial itu?
Saya jadi berpikir, apakah niat baik menemukan jodoh itu semacam gambling? Kita tidak tahu benar-benar akhir dari kisah cinta yang kita bangun. Apalagi jika orang yang kita jatuh cintai, awalnya kenal dari media sosial?
Dunia maya memang menjanjikan orang berkenalan dan berkomunikasi dengan banyak orang dengan lebih mudah. Bagi para jomblowan dan jomblowati, tentunya itu lahan segar untuk memulai hubungan cinta. Anda bisa melihatnya dari jauh, apakah ada ketertarikan dengan salah satu diantara mereka. Dan saya kira itu syah-syah saja. Namanya juga usaha kan?
Namun bagi anda yang memang sedang dalam masa mencari dan masa penjajagan, kehati-hatian perlu dimiliki. Karena diantara mereka yang mungkin anda kenal, ada yang sungguh-sungguh ingin menjalin hubungan cinta yang serius untuk dibawa sampai ke jenjang pernikahan. Tapi ternyata, ada juga yang mereka adalah penjahat cinta.
Tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan siapa saja di media sosial. Tapi pastikan diri kita dulu yang memiliki niat baik. Kita tidak tahu akan bertemu dengan orang macam apa di dunia maya. Tapi jika diri kita sendiri memang bukan orang yang suka “macam-macam”, saya kira hal-hal buruk seperti contoh di atas tidak akan terjadi.
Dan jika kita memang bermedia sosial untuk kebaikan, maka kita tidak akan mudah terjerumus ke dalam hubungan cinta yang buruk. Kita pasti akan memakai akal sehat kita, budi kita, untuk melihat apakah permintaan lawan hubungan kita masuk akal atau tidak?
Misalnya belum apa-apa sudah mau diajak “ngamar”. Itu sudah barang tentu anda ikut andil, jika misalnya nanti di belakang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu, baru saja ketemu sekali, sudah mau memberikan uangnya. Sebut saja itu atas nama kasih sayang. Tapi jika kekasih anda tidak mengembalikan pinjaman uangnya itu, ya itu tidak murni kesalahannya. Ada andil anda juga di situ.
Ada pepatah jawa mengatakan, jika ingin mencari jodoh yang baik, pastikan dulu bibit bobot bebet nya. Nah terkadang, orang-orang yang kenal dari media sosial itu mengabaikan hal ini. Asal sudah suka sama suka, ditabrak saja nilai-nilai luhur, leluhur kita.
Kenal di dunia maya boleh saja, tapi pastikan kenal juga di dunia nyatanya. Jika cinta yang anda rajut memang serius. Kecuali jika sekedar iseng saja, yah silakan resiko ditanggung pelaku tentu saja.
Kejahatan memang ada dimana-mana. Kewajiban kita adalah menjaga keselamatan diri kita sendiri. Jangan karena terburu nafsu, akhirnya terjerat cinta palsu. Jika kita penuh kehati-hatian, menemukan jodoh dari media sosial bukan hal yang mustahil. Jika saya dan teman-teman sukses menjalin cinta berawal dari media sosial, kenapa anda tidak?
Foto bersama suami saat di Belanda (Dok.Pribadi)
____________
Artikel ini pernah tayang di Qureta.com. Linknya di sini
10 tanggapan pada “Agar Sukses Menjalin Cinta dari Media Sosial”