BE GREAT, BE POWERFUL (Buku Antologi Peserta Kelas Writing for Legacy Batch 3)

“The only way to conquer fear is to face it head-on.”

(satu-satunya cara untuk menaklukkan rasa takut adalah dengan menghadapinya secara langsung)

(Seneca)

 

Setiap diri kita pasti memiliki kelemahan. Baik itu rasa takut, rasa tidak percaya diri, malu, rendah diri, merasa tidak aman, merasa tidak layak, merasa tidak cantik, merasa tidak berharga, dan lain sebagainya. Umumnya perasaan-perasaan negatif itu dipengaruhi oleh kombinasi faktor bawaan (genetik) dan faktor lingkungan (pengalaman hidup). Bagaimana orang tua kita, akan memengaruhi karakter kita. Tetapi lingkungan yang memberikan pengalaman semasa kita tumbuh hingga saat ini juga membentuk diri kita. Pola asuh, pengalaman masa kecil, interaksi dengan orang-orang sekitar hingga dewasa dan masalah-masalah hidup yang kita hadapi, sangat memengaruhi menjadi seperti apa diri kita saat ini.

Meskipun wajar jika kita semua memiliki kelemahan, tetapi bukan berarti kita pasrah dengan keadaan. Karena ketika kita pasrah dengan keadaan dan tidak mau berusaha menjadi diri kita yang lebih baik, berarti kita sebenarnya mematikan potensi besar yang sudah dititipkan Tuhan di dalam diri kita. Dalam buku The Biology of Belief karya Dr. Bruce Lipton, mengatakan bahwa keyakinan, pikiran, dan lingkungan kita dapat memengaruhi genetik kita. Konsep ini disebut sebagai epigenetik.

Dr. Bruce Lipton mengajak kita untuk melihat peran pikiran, lingkungan, dan keyakinan sebagai kekuatan yang sama pentingnya dengan genetik dalam menentukan kesehatan dan kesejahteraan kita. Pandangan ini membesarkan hati karena menyarankan bahwa, meskipun kita memiliki karakteristik bawaan, kita masih bisa mengubah atau memperbaiki hidup kita dengan mengubah pola pikir dan lingkungan kita. Berarti menjadi tanggung jawab kitalah, bagaimana kita akan menjadi, hari ini dan di masa yang akan datang. Sebagaimana Allah SWT juga berfirman, bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (QS: Arrad: 11).

Tantangannya, untuk mengubah kelemahan kita, seringkali kita dihadapkan pada rasa takut. Rasa takut memang bisa dianggap sebagai mekanisme pertahanan hidup yang diberikan oleh alam. Dalam psikologi evolusioner, rasa takut adalah respons alami yang dirancang untuk melindungi kita dari bahaya. Ketika kita merasa takut, tubuh kita merespons dengan serangkaian reaksi fisik dan mental yang dikenal sebagai “fight or flight response” atau respons “lawan atau lari.” Ini terjadi ketika tubuh menghasilkan hormon seperti adrenalin, yang mempersiapkan kita untuk menghadapi atau menghindari ancaman dengan cepat.

Dalam konteks ini, rasa takut adalah semacam sistem alarm yang membantu kita bertahan hidup dalam situasi berbahaya. Jika kita tidak memiliki rasa takut, kita mungkin cenderung mengabaikan bahaya, yang pada gilirannya bisa membahayakan atau bahkan membahayakan nyawa kita. Tetapi perlu diperhatikan bahwa meskipun rasa takut bermanfaat dalam konteks pertahanan hidup, dalam situasi modern, rasa takut bisa juga berlebihan dan tidak proporsional. Seperti pada fobia atau kecemasan yang berlebihan, takut untuk bertumbuh lebih baik, takut menghadapi masalah, takut dengan penilaian orang, takut bermimpi, takut keluar dari zona nyaman, takut menghadapi tantangan dan lain sebagainya. Dalam kasus ini, respons takut tersebut tidak lagi bermanfaat justru bisa mengganggu kehidupan sehari-hari dan membuat kita stagnan.

Teori ketahanan (resilience) dari Ann Masten menjelaskan bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk bangkit dari tantangan, bahkan dari situasi yang sangat sulit. Resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi, dan berkembang meskipun menghadapi kesulitan. Masten juga menekankan bahwa ketahanan bukanlah sifat bawaan, melainkan kemampuan yang bisa dipelajari. Resiliensi diperkuat oleh dukungan sosial, rasa optimis, dan keterampilan mengatasi masalah, yang semuanya dapat membantu seseorang mengatasi ketakutan dan kelemahan.

Buku Be Great, Be Powerful (Melampaui Kelemahan Menjadi Kekuatan) ini, adalah karya dari para perempuan hebat, yang berani menghadapi ketakutan dan kelemahannya, sehingga mereka menemukan kekuatan di dalam dirinya. Para penulis adalah peserta kelas Writing for Legacy Batch 3, yang dengan kekuatannya bangkit dari kelemahan dan berani menuliskan kisahnya untuk menjadi legacy mereka. Pembaca bukan hanya diajak untuk menyelami kisah menarik yang berbed-beda dari para penulis, tetapi juga meresapi kekuatan dari tulisan mereka untuk pembaca juga mampu menjadi sosok yang hebat dan kuat.

Para penulis adalah perempuan-perempuan yang tidak patah semangat, untuk berani menghadapi tantangan hidupnya sebagai sarana pembelajaran. Seperti teori tentang Growth Mindset yang dicetuskan oleh Carol Dweck, bahwa “growth mindset” (pola pikir berkembang) adalah cara untuk menghadapi kelemahan dan tantangan. Orang dengan pola pikir berkembang percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui usaha dan pengalaman. Orang dengan pola pikir berkembang akan melihat kelemahan sebagai peluang untuk belajar, sehingga kita akan lebih mudah menghadapi ketakutan dan tantangan.

Selamat menyelami semua kisah berharga dalam buku ini. Selamat menyerap energi kekuatannya, sehingga Anda mampu menerapkan energi semangat para penulis dalam kehidupan Anda sehari-hari. Jadilah hebat, jadilah kuat. Lampaui segala kelemahan menjadi sebuah kekuatan untuk Anda menjemput takdir hidup Anda di masa depan yang lebih gemilang.

 

“Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar kekuatan kita, sebelum kita berani menghadapi ketakutan kita. Karena Allah Tuhan yang Maha Kuat yang akan menuntunkan jalan-Nya untuk kita.”

(Zakiyah Darojah)

 

Zakiyah Darojah

Mentor Kelas Writing for Legacy

 

Pemesanan buku bisa melalui wa: 085227427995

PO sampai tanggal 27 November 2024

Buku ready tanggal 1 Desember 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas