Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Dikenang atau Dilupakan

Kemarin saya dan keluarga mengadakan acara doa bersama untuk mengenang 100 hari kepergian ibu kami. Ini membuat saya merenung tentang kematian. Mati adalah suatu hal yang pasti dan semua orang akan mengalaminya. Dari sekian milyar manusia, dari manusia pertama sampai saat ini, berapa persen kira-kira orang yang masih dikenang oleh orang-orang hari ini? tentunya sangat sedikit sekali prosentasenya.

Kita sendiri saja, bisa dihitung dengan jari siapa-siapa orang-orang yang sudah meninggal dan kita masih mengenangnya. Dari keluarga dekat kita sendiri dan orang-orang di dunia yang menurut kita berjasa dan kita masih menikmati jasanya hingga hari ini, dan kita masih berterima kasih atas hal itu. Selain itu, berarti milyaran manusia lainnya telah banyak yang dilupakan. Tidak diingat lagi bahwa mereka dulu pernah ada dan tinggal di dunia ini.

Berarti, kebanyakan manusia lahir, hidup, kemudian mati, lalu dilupakan. Bahkan tidak sedikit diantara kita, yang keluarga sendiri pun sudah tidak ingat lagi. Entah karena kesibukan masing-masing untuk mengurusi kehidupannya sendiri, atau juga karena orang-orang tersebut memang pantas untuk dilupakan.

jika orang-orang yang telah mendahului kita saja banyak yang dilupakan, bagaimana nasib kita nantinya saat kita sudah tidak ada lagi di dunia ini? Apakah juga akan dilupakan, atau akan masih dikenang oleh orang-orang yang hidup sesudah kita? ini adalah PR besar untuk kita yang masih hidup tentunya.

Coba kita hitung, dari keluarga kita sendiri, siapa yang masih kita ingat dan masih kita doakan? Beruntunglah mereka yang anak cucu keturunannya masih mengenang dan mendoakan leluhurnya. Karena ini adalah satu-satunya jalinan keterhubungan antara yang masih hidup dan yang telah mati. Banyak diantara kita, yang bahkan nenek-kakenya saja sudah dilupakan, apalagi nenek kakek buyut yang di atasnya lagi. Jangankan mengingat, namanya saja barangkali sudah dilupakan.

Barangkali, tradisi mendoakan mereka yang telah meninggal, yang dilaksanakan oleh orang jawa pada khususnya, dan tradisi suku lainnya, adalah untuk mengenang dan mendoakan mereka para leluhur yang telah berjasa atas keberadaan kita saat ini di dunia ini. Tanpa keberadaan mereka, tentunya kita tidak akan ada juga di sini. Dengan adanya tradisi berdoa ini, menjadikan anak cucu keturunan jadi tahu dan mau mengenang dan mendoakan mereka para leluhur kita.

Jika kita menelisik, apa yang membuat seseorang masih dikenang meski sudah puluhan tahun, ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun, adalah berkat jasa mereka. Mereka yang memiliki andil atau jasa dalam kehidupan ini, merekalah yang akan terus dikenang. Mereka yang tidak memiliki jasa, akan mudah sekali dilupakan meski kepergiannya masih hitungan hari ataupun bulan. Lalu, kita memilih berada diposisi yang mana kelak ketika kita sudah berpindah dimensi? dikenang atau dilupakan?

Pilihannya berarti ada pada diri kita sendiri atas kehidupan kita saat ini. Kita akan menjalani hidup ini biasa saja, tanpa memberikan makna apa-apa dalam kehidupan yang singkat ini, atau kita bisa berbuat sesuatu sebagai bukti rasa syukur kita pernah hidup di dunia ini. Besar kecilnya jasa yang kita berikan pada hidup ini, barangkali yang akan menentukan seberapa pantas kita dikenang nanti setelah kita mati.

Namun, tidak perlu berkecil hati tentunya jika memang saat ini kita menjadi orang biasa saja. Bukan berarti kita tidak bisa memberikan jasa dalam hidup ini. Menjalani peran kita saat ini dengan kesungguhan dan dengan sepenuh pengabdian pada yang Maha hidup, tentu itu memiliki nilai jasa yang tinggi. Tidak perlu berkecil hati saat kita belum memberikan andil yang besar, tidak perlu berkecil hati juga saat kita saat ini belum melakukan hal yang spektakuler. Karena bukan itu tentunya yang akan dilihat oleh yang Maha kuasa. Namun keikhlasan kita menjalani hidup sebagai seorang hamba.

Jika kita memiliki cita-cita yang luhur, cita-cita yang bermakna, lakukanlah. Ini adalah kesempatan kita. Bukan besar kecilnya sesuatu, tapi seberapa besar kesungguhan kita di dalamnya itu yang bisa jadi menentukan kemuliaan diri kita. Tentunya dimulai dari lingkarang terkecil diri kita dan keluarga kita. Jika kita bersungguh-sungguh mulai dari dalam rumah kita masing-masing, mudah-mudahan kita akan bisa melakukan pengabdian di luar rumah dengan kesungguhan yang sama. Dan itulah yang akan menjadi nilai jasa kita, yang akan dikenang oleh anak cucu keturunan kita, orang-orang lain yang merasakan manfaatnya, bahkan hingga orang-orang yang hidup sesudah kita tiada.

Semoga Allah swt, memampukan kita untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini, selagi kita masih hidup di dunia ini. Amiiin

Dikenang atau Dilupakan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas