Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

“Embuh” Kondisi Total Berserah

Mempelajari suatu ilmu, memang sangat banyak manfaatnya. Intelektualitas kita berkembang, wawasan kita semakin luas, pemahaman kita semakin dalam dan lain sebagainya. Tentu hal itu menjadikan hidup kita menjadi  lebih hidup, banyak inspirasi baru untuk berkarya, lebih lurus dalam menjalani laku hidup, lebih tepa slira, dan lain lain, banyak.
Bahkan ibadahnya orang berilmu juga lebih baik dibanding yang tak berilmu. Juga Allah menjanjikan mereka yang berilmu dinaikkan kemuliaan hidupnya beberapa derajat. Begitulah diantara keutamaan orang yang berilmu.

Namun pada akhirnya, pada dasarnya apa yang kita tahu dan pahami, hanyalah sedikit sekali dari yang sesungguhnya. Kebenaran yang kita tahu saat ini, selain sedikit juga tidak pasti. Bisa jadi berubah atau meluas 10 atau 20 tahun yang akan datang.

Jadi, jika pun kita merasa sudah menemukan kebenaran saat ini, genggamlah sewajarnya. Karena jika kita terus bertumbuh, kebenaran yang dulu, sekarang dan yang akan datang, bisa berubah seiring bertumbuhnya diri kita.
Allah sudah menceritakan dalam firmanNya, tentang suatu kaum yang merasa sudah mendapat banyak ilmu, dan mereka tidak mau mendengarkan lagi kebenaran yang baru. Yaitu karena merasa sudah menerima Taurat untuk kaum mereka. Maka Allah mewahyukan sebagai bantahannya,
“Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS: Al-Kahfi:109)

Maknanya, yang kita tahu dan pahami sungguh sangat sedikit sekali. barangkali setetes air saja masih lebih berat timbangannya dibanding ilmu yang kita punya. Oleh karena itu, pengetahuan yang kita tahu, bukanlah untuk menghakimi lian. Tapi untuk menuntun diri sendiri lebih dekat kepada Sang Sumber Ilmu itu sendiri, yang akan membukakan kita pada ilmu lainnya lagi agar pemahaman kita semakin sempurna. Ilmu dan pengetahuan yang kita miliki saat ini, seyogyanya menjadi batu loncatan kepada pemahaman yang lebih dalam dan luas lagi.

Dan jika ilmu yang kita punyai disebarluaskan, bukan karena merasa paling tahu. Tapi tentunya dalam rangka menyampaikan saja apa yang dipahami saat ini. Karena salah satu tugas kita di dunia ini adalah menyampaikan ilmu walaupun hanya satu ayat. Jika itu dapat menginspirasi dan bermanfaat untuk orang lain untuk menambah pemahamannya juga, di situlah ada berkahnya ilmu yang kita punya. Yang sejujurnya semua yang kita punya juga dari Allah swt.

Maka, para guru selalu menyebutkan di akhir kalamnya dengan “wallahua’lam bissowab” (Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya). Orang jawa menyebutnya sebagai “embuh” (tidak tahu). Karena yang kita tahu hanyalah kebenaran relatif, yang tidak tahu yang sebenar-benarnya.

Jadi, ilmu yang kita tahu dan pahami seyogyanya membawa pada semakin tunduk dan rendah hati. Karena semakin tahu, sejatinya semakin tahu kalau ia tidak tahu. Di sini lah titik kepasrahan hamba tertinggi. Berserah diri total. Embuh, wallahua’lambissowab….
“Embuh” Kondisi Total Berserah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas