Bulan Juni ini, kami di program lanjutan Komunitas Permata Hati belajar tentang Family Team, yang dipandu oleh mbak Rina Sumaryati. Di sini saya belajar lagi untuk mengobrolkan dengan suami saya tentang kami sebagai couple team. Ini berfungsi untuk membentuk keluarga kami semakin kompak lagi, sebelum kami nanti siap menjadi orang tua yang mendampingi, merawat dan mendidik anak-anak kami.
Your little family is the best team you could ever have
(Keluarga kecilmu adalah tim terbaik yang pernah kamu miliki)
Mengapa dalam keluarga harus ada family team?
Karena family team adalah solusi mempermudah penyelesaian pekerjaan yang ada di dalam lingkup rumah sekaligus pengantar tercepat mencapai tujuan keluarga termasuk keberhasilan pengasuhan anak.
Jika ingin berjalan cepat, maka jalanlah sendirian. Jika ingin berjalan jauh, maka jalanlahbersama-sama. (Jhon F Kennedy)
Untuk menggapai tujuan keluarga khususnya terkait pengasuhan anak, kerjasama yang baik dan kekompakan adalah hal mutlak yang harus dibangun oleh pasangan suami istri sebagai tim inti. Karena keduanya adalah faktor utama penentu keberhasilan pengasuhan anak.
Kerjasama tim adalah rahasia yang membuat orang biasa mencapai hasil yang tidak biasa.
Kerjasama dan kekompakan adalah salah satu wujud keberhasilan komunikasi.
Komunikasi suami-istri kunci keberhasilan pengasuhan anak.
7 Kunci Komunikasi Pasutri Yang Baik
- Kesamaan Visi
- Komitmen
- Sinergi
- Respek dan apresiasi
- Kemesraan
- Tumbuh bersama lebih baik
- Kepercayaan dan keterbukaan
Pribadi kita yang sekarang adalah produk dari masa lalu. Jadi, diri kita ini dominan dipengaruhi Innerchild. Jadi PR kami adalah mengenali dan menyembuhkan innerchild kami masing-masing.
Dari materi mba Rina ini, saya jadi seakan flash back masa pernikahan saya dan suami saya beberapa tahun lalu, yang penuh lika liku yang ternyata perjalanan itu semakin membuat kami paham akan innerchild kami masing-masing.
Diskusi Jurnal Praktik Materi Family Team
🌺Saya dan suami saya memiliki orang tua yang sama-sama otoriter. Tetapi jika diteliti lebih jauh, orang tua suami jauh lebih otoriter dibanding orang tua saya. Sehingga, suami memiliki luka innerchild yang lebih kuat dari pada saya. Alhamdulillah, dengan berkomnikasi intens selama ini, saya dan suami mampu menerima innerchild kami masing-masing dan berupaya untuk menjadi penyembuh satu sama lain.
Dan alhamdulillah bapak suami saya masih ada, sehingga kami masih memiliki kesempatan untuk menjalin komunikasi yang lebih harmonis antara suami dengan orang tuanya dan saya dengan mertua saya. Dengan mengenali inner child saya dan suami saya, kami jadi lebih mampu melihat dari sudut pandang yang lebih bijak mengapa orang tua dulu bersikap seperti itu. Memaafkan mungkin mudah, tetapi merelease innerchild yang sudah tertanam di dalam alam bawah sadar kita butuh waktu. Bagi saya dan suami, menyadarinya saja sudah cukup.
🌺Untuk pola komunikasi, alhamdulillah saya rasakan komunikasi saya dan suami sudah pada titik yang sangat nyaman sekali. Kami bisa memiliki komunikasi yang asertif. Asertif bukan berarti selalu seiya sekata dan tidak ada perbedaan argumentasi, tetapi kami bisa menerima perbedaan, kami juga bisa sepakat untuk hal yang tidak kami sepakati. Saya menjadi saya, suami menjadi suami, dan kami bisa memaklumi kekurangan kami satu sama lain di mata kami.
🌺Untuk jenis parenting yang akan kami terapkan seperti apa kelak jika kami punya anak, sebenarnya kami tipe yang mengalir. Berdasarkan pengalaman kami, utamanya menjadi orang tua yang baik adalah bagaimana kita mampu dulu menjadi istri dan suami yang baik, ini pondasinya. Sebelum kita mampu menjadi suami atau istri yang bahagia, akan sangat sulit untuk menjadi orang tua yang bahagia. Jadi sebelum ada anak, kami cukupkan untuk menjadi bahagia saat ini juga, dengan pasangan yang sudah dianugerahkan oleh Allah swt ini.
🌺Pembagian tugas terkait pola pengasuhan anak, saya kira saya akan lebih terlibat dalam pengasuhan sementara suami lebih terlibat dalam bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga. Karena itu yang selama ini kami jalani dan kami sudah rela satu sama lain. Meskipun saya yakin suami saya juga akan membantu dalam pengasuhan anak kami, karena saya tahu suami saya orang yang sangat bertanggung jawab.
🌺Insight yang saya dapat setelah membahas tentang family time, parenting, innerchild,dengan suami saya semakin memahami bahwa suami saya adalah bener benar family man. Jika dulu di awal awal pernikahan saya merasa suami saya adalah orang yang sangat egois, ternyata di balik ke egoisannya itu tersimpan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada keluarganya. Jadi suami saya memiliki standar tertentu untuk menjadikan keluarganya ideal menurut standarnya. Dari sini saya jadi tahu juga, bagaimana suami menyiapkan kebutuhan keluarga dengan sangat baik sesuai standarnya. PR saya hanya satu, membuat dia nyaman dan aman, berada di samping saya, setiap waktu.😍
#JurnalpraktikSaungorangtua
#Programlanjutanpermatahati
#Familyteam
#Energicintakeluarga