Tanggal 24 Juni 2023, saya mengikuti webinar yang diadakan oleh MIRACLE dan ini sebagai kick of nya MIRACLE. Tema webinar kali ini adalah Be A Changemaker, yang disampaikan oleh ibu Rina Kusuma, Family changmaking movement manager, Ashoka Indonesia.
Changmaker dapat diartikan sebagai pembuat perubahan.
Kenapa di era sekarang, kita perlu sekali mendidik diri dan keluarga kita sebagai changmaker?
Karena saat ini kita memasuki wilayah yang belum terpetakan.
☘️Kebanyakan pekerjaan masa depan belum ada di masa kini
☘️Akan menggunakan teknologi yang belum tercipta saat ini
☘️Untuk menemukan solusi bagi masalah yang belum muncul
Menurut Brian Tracy, “in a time of rapid change standing still is the most dangerous course of action. (dalam masa perubahan yang cepat, berdiam diri adalah tindakan yang paling berbahaya).
Inilah Era pembaharu.
Era di mana siapa pun (orang tua, siswa, dosen, tua-muda, di kota-desa, muslim-non muslim,dll) yang mau memecahkan masalah dan menciptakan peluang bagi kemaslahatan bersama.
Bagaimana Memulai Menjadi Pembaharu?
Kekuatan Empati dan Compassion
Apathy: I don’t care if you are suffering
Sympathy: I feel sad to know you are suffering
Empathy: I’am here and I understand your suffering
Compassion: I will help you and all your suffering
Ashoka sebagai jejaring wirausaha sosial pertama dan terbesar di dunia, menjadi pelopor untuk membangun kolaborasi menuju dunia baru di mana semua orang adalah pembaharu.
4 Keterampilan Pembaharu
Paradigma lama: Apatis, Kompetisi, Pasif & dipimpin, mager
Paradigma baru:
☘️Empati
☘️Kolaborasi
☘️ Memimpin
☘️Lakukan perubahan
Mengapa Empati Penting:
☘️Memiliki hubungan sosial yang lebih baik
☘️Konflik berkurang dan menjadi lebih bahagia
☘️Landasan untuk cari solusi & pembaharu
☘️Menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat
3 Tipe Empati
Cognitive Empaty: kemampuan memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain dan cara pandang yang berbeda.
Affective Empaty: kemampuan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain dan ikut merasakan hal tersebut.
Compassionate Empaty: kemampuan memahami apa yang dialami, dirasakan dan dipikirkan orang lain dan tergerak untuk membantu orang tersebut.
Membangun Empati dalam Keluarga
- Siapkan kenayaman diri dan kesiapan emosi.
a. Ciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk dilihat, didengar dan diperhatikan.
b. Ajarkan anak-anak mengenali dan mengungkapkan emosinya.
c. Beri cara untuk mengungkapkan hal yang sulit. (kemarahan, kekecewaan, kecemburuan dll).
d. Beri contoh dalam tindakan sehari-hari.
e. Dengarkan keinginan maupun kebutuhan anggota keluarga.
Contoh:
2. Libatkan dalam perbincangan, pengambilan keputusan, pelaksanaan dll.
a. Rancang beragam kegiatan yang dapat memicu sensitifitas anggota keluargapada hal yang berbeda.
b. Beri ruang dan kesempatan untuk semua anggota keluarga terlibat dalam pengambilan keputusan dan memimpin secara bergiliran.
c. Belajar dari pengalaman orang lain (kakek, nenek, ayah, ibu, kakak, adik, dll). Dan pahami mengapa itu terjadi dari sudut pandang yang berbeda.
d. Temukan masalah dan solusi bersama-sama agar bisa lebih nyaman, menyenangkan, dan bahagia.
Contoh
3. Refleksi aksi refleksi. Bangun pola pikir positif untuk saling memahami.
a. Menyadari nilai bersama dan kenali perbedaan dengan saling menghormati perbedaan tersebut.
b. Tanamkan keberanian jika ada hal-hal yang merintangi tumbuhnya kemampuan berempati (kurang disiplin, over control dll)
c. Dorong aksi perubahan bersama keluarga (seminggu minim gadget, piknik bulanan bersama nenek, dll)
d. Lakukan refleksi bersama keluarga untuk hal-hal yang kita syukuri, apa yang sudah baik, apa yang bisa diperbaiki, dll)
e. Terus berikan semangat, suntikan keberanian dan dorongan agar anak mau mencoba hal baru.
Materi: Rina Kusuma
Notulen: Zakiyah Darojah