Lohita anak seorang petani itu sangat bahagia hari ini. Karena ia dipanggil oleh sang raja untuk mendapatkan penghargaan istimewa dari raja Mahatma. Penghargaan itu diberikan karena keberhasilannya menemukan bibit unggul tanaman jagung yang bisa menyelamatkan negeri Jayasri dari kelaparan.
Mendapatkan penghargaan dari paduka Raja Mahatma tentunya sebuah kehormatan bagi warga negeri Jayasri. Teman-teman Lohita turut bersorak sorai bergembira mengantar Lohita ke pendopo kerajaan yang mewah itu….yel-yel “Lohita-Lohita” bergemuruh sepanjang jalan hingga masuk ke pendopo kerajaan.
“Lohita, kau anak yang cerdas dan penolong. Saya atas nama raja dan masyarakat negeri Jayasri, sangat berterima kasih atas jasamu. Karena jasamu negeri ini tercukupi akan bahan makanan.” Demikian kata sang raja sembari memberikan berapa ratus keping emas untuk Lohita dan keluarganya. Sambutan tepuk tangan dan sorak sorai para warga Jayasri memenuhi pendopo istana.
Namun, dibalik kemeriahan dan kegembiraan pagi itu, di pojok belakang ada seorang anak lelaki yang cemberut tidak bahagia di hari itu. Ia tak suka jika Lohita anak sang petani mendapatkan hadiah dari Raja. Ia berpikir, harusnya ia yang anak seorang menteri kerajaan yang mendapatkan hadiah. Sarpa namanya. Ia teman sebaya Lohita, namun selalu menghinanya. Ia merasa lebih pintar dan hebat. Karena ia ahli dalam membuat teknologi. Namun, Raja tidak pernah memberinya penghargaan. Malah anak petani yang mendapatkannya. Sarpa langsung meninggalkan istana kerajaan sembari bermuka masam.
*************
Sarpa selalu mengintai keberadaan Lohita, apa yang dikerjakannya, bagaimana ia mendapatkan ide untuk menemukan penemuannya yang cemerlang dan lain-lain. Dari mulai Lohita pergi ke ladang pertanian, mengajari para petani bercocok tanam di lahan kering, hingga memanen hasil tanaman. Memang sudah beberapa tahun ini, negeri Jayasri yang subur makmur dilanda kekeringan. Hingga akhirnya Lohita menemukan bibit jagung yang mampu ditanam di lahan kering, sehingga warga mempunyai bahan makanan yang cukup.
Sarpa pun mengintai dan mengikuti jejak Lohita yang sering ke puncak gunung. Apa yang dilakukan Lolihta di puncak gunung, membuat Sarpa penasaran. Dan ternyata di puncak gunung Lohita suka menemui kakek tua. Kakek tua itu sering disebut warga Jayasri sebagai guru bijak. Sarpa pun akhirnya tahu, hemmm dari sini rupanya ide Lohita, begitu pikirnya.
Sarpa pun segera menemui Kakek tua itu, setelah Lohita meninggalkan padepokannya.
“Kakek, saya ingin bertanya!” begitu ujar Sarpa.
“Apa yang hendak kau tanyakan, anak muda?”
“Apa rahasianya agar kita bisa berhasil dan sukses? Saya lebih pintar dari Lohita, tapi kenapa ia yang diberi penghargaan oleh raja, Kakek? Bagaimana aku bisa lebih berhasil dari Lohita? Kau pasti tahu jawabannya!” Lanjut Sarpa.
Kakek mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum…
“Kau ingin tahu rahasianya anak muda?” tanya sang Kakek tua.
“Iya Kakek…”
“Kembalilah ke sini jika kamu sudah memiliki sifat ‘JOY’ “
Sarpa pulang dalam keadaan bingung. Joy, apa itu joy?. Apakah dengan joy, aku bisa mengalahkan Lohita? Pikiran Sarpa berkecamuk. Dia pun bertanya kepada semua orang yang ia temui, tentang apa maksud di balik kata joy. Dan tidak ada seorang pun yang mampu memuaskan hatinya.
Hingga akhirnya Sarpa memberanikan diri menemui Lohita, untuk menanyakan apa arti joy. Meskipun ia sangat benci harus bertatap muka dengan Lohita. Namun ia memberanikan diri.
Sore hari di ladang jagung, Sarpa menemui Lohita dengan canggung.
“Hai Lohita, aku ingin bertanya padamu apa arti joy?” begitu Tanya Sarpa tanpa basa-basi.
“Hai Sarpa, aku senang akhirnya kau mau menemuiku setelah sekian lama kau tak mau berteman denganku.” Jawab Lohita.
“Datanglah kemari setiap hari, jika kau ingin tahu apa itu joy” lanjut Lohita.
Sarpa semakin tidak mengerti, kenapa harus datang ke lahan pertanian yang paling tidak ia sukai dan juga harus bertemu dengan Lohita dan teman-temannya yang ia benci? Huh! Gerutu Sarpa. Dan ia pulang dengan semakin jengkel.
Namun, keesokan harinya, Sarpa akhirnya datang ke lahan pertanian juga menemui Lohita dan teman-temannya yang sedang sibuk di lahan jagung.
Semakin hari, Sarpa merasakan semakin bahagia bersama teman-temannya di ladang pertanian. Suasana yang penuh senda gurau dan penuh tawa. Di lahan itu, bukan hanya mereka sedang menanam jagung dan memanen jagung yang sudah waktunya dipanen. Namun, ia sekarang mengerti bahwa teman-temannya dan warga sedang membantu masyarakat di negerinya agar berkecukupan bahan makanan. Jika Lohita tidak menemukan bibit jagung andalannya, mungkin warga negeri Jayasri dan juga dirinya sudah mati kelaparan. Ia jadi mengakui, pantas jika Lohita mendapatkan penghargaan dari sang raja. Karena jasa Lohita memang tidak bisa dihargai meski dengan ratusan keeping emas. Lohita sudah menyelamatkan nyawa warga Jayasri.
“Lohita, maafkan aku karena dulu aku selalu menganggapmu dan teman-teman di sini, anak-anak petani adalah anak-anak bodoh. Aku merasa lebih hebat dari kalian. Jadi aku sangat iri dan tak suka saat kau mendapatkan penghargaan dari raja. Namun, setelah aku berhari-hari bersama kalian di sini, aku jadi tahu kau memang hebat Lohita. Aku turut bahagia dan bangga menjadi temanmu.” Ujar Sarpa mengungkapkan isi hatinya pada Lohita.
Lohita tersenyum…
“Tidak apa-apa Sarpa. Aku memaafkanmu. Aku juga bahagia akhirnya kau mau menjadikan kami temanmu. Kau sekarang sudah memahami apa arti Joy. Selamat ya”
“Oh ya? Apa arti joy sebenarnya Lohita?” Sarpa semakin penasaran.
“Joy itu, berbahagia. Maksudnya senang melihat orang lain senang. Bahagia melihat orang lain bahagia. Bukan kebalikannya. Susah melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah. Itu namanya iri dan dengki. Dan kau sudah memiliki sifay joy Sarpa” Jawab Lohita sambil tersenyum.
Sarpa manggut-manggut dan seketika ia berlari ke puncak gunung menemui kakek tua.
********
Pengumuman sang raja siang itu membuat resah warga. Dikabarakan negeri seberang kekurangan bahan makanan karena kekeringan juga melanda di sana. banyak warga yang sudah wafat akibat kelaparan. Raja ingin membantu negeri seberang, karena di negeri Jayasri sudah kelebihan bahan makanan. Sebagian bahan makanan bisa digunakan untuk membantu warga di negeri sebrang sana. Dan juga bisa memberikan bibit unggul penemuan Lohita untuk ditanam di sana, agar negeri sebrang tidak lagi kekurangan makanan. Namun raja masih belum tahu bagaimana caranya membawa bahan makanan ke sana.
Sarpa berpikir, ia yang ahli teknologi akan berusaha menyelamatkan masyarakat di negeri seberang dengan penemuannya. Ia menemui Lohita untuk bekerjasama. Dan Lohita setuju. Mereka pun menemui raja, untuk mengajukan misi pertolongan ke negeri sebrang. Raja terkagum-kagum dengan kecerdasan dan keberanian 2 anak muda itu. Raja pun menyetujui misi itu.
Berangkatlah Sarpa dan Lohita ke negeri seberang dengan pesawat buatan Sarpa yang baru saja diselesaikannya. Bahan makanan dan bibit jagung tahan kekeringan, siap dibawa ke negeri seberang untuk menyelamatkan warga di sana. Meluncurlah mereka pagi itu, dengan sambutan warga yang gegap gempita.
Beberapa bulan kemudian, Sarpa dan Lohita pulang ke negeri Jayasri dengan membawa kabar gembira. Negeri seberang sudah tercukupi bahan makanan, dan misi mereka berhasil. Sarpa pun mendapatkan penghargaan istimewa dari sang Raja. Lohita berdiri paling depan, turut berbahagia atas keberhasilan Sarpa. Semua warga yang hadir, bersorak sorai gembira dan menyebut yel- yel… “Sarpa-Sarpa-Sarpa”