Belajar dari ibu Dr. Mutia Amini, SS. MHum di Konferensi Perempuan Indonesia yang mengangkat tema Akar Gerakan Perempuan Indonesia.
Ibu Mutia, adalah dosen dan ketua program studi sarjana sejarah Universitas Gajah Mada. Ibu Mutia juga penulis buku Sejarah Organisasi Perempuan (1928-1998).
Ibu Mutia membahas bagaimana perempuan Indonesia menjadi tokoh pergerakan yang mengukir sejarah yang bermakna.
Sejarah merupakan guru yang luar biasa untuk kita hari ini dan untuk hari-hari kemudian.
Sebenarnya dari dulu peran perempuan sudah ada dan memengaruhi sejarah bangsa Indonesia. Hanya prosentasenya masih sangat sedikit dibanding peran laki-laki. Karena zaman itu memang perempuan masih menjadi warga nomer dua terutama dalam masalah lingkungan sosial.
Tetapi bisa dicatat, peran peremuan dalam sejarah bermula dari kepedulian perempuan saat itu pada kondisi lingkungannya. Dari era sebelum kemerdekaan, bisa dicatat, gerakan perempuan dari masa ke masa sebagai berikut:
Ratu Kalinyamat dkk —> Cut Nyak Dien dkk —> RA. Kartini dkk —>Lebih dari 30 organisasi perempuan —> Kongres Perempuan Indonesia —> Kowani.
Dari gerakan perempuan di berbagai daerah itu, menyiratkan bahwa perempuan menyuarakan haknya bahwa ia tidak lagi menjadi warga nomor dua.
Contoh perempuan penggerak adalah RA Kartini. Mengapa Kartini? Karena Kartini punya perhatian dan kepedulian pada lingkungannya terutama kepada sesama kaum perempuan. Tidak semua perempuan memiliki kemampuan berbicara dan menyuarakan isi hatinya, dan Kartini bisa melakukan hal itu. Dan dari situlah ia membuat perubahan-perubahan untuk kalangan perempuan di lingkungannya.
Selain itu, ketokohan dan kepahlawanan perempuan juga tidak hanya dilihat dari apa yang sudah dia lakukan, tetapi juga sangat penting adanya catatan sebagai dokumentasi pergerakan.
Dalam catatan Departemen Sosial saat ini ada 172 tokoh di Indonesia yang diangkat sebagai pahlawan. Dan hanya 16 orang di antaranya yang perempuan. Berarti peran perempuan dalam sosial budaya masih sangat kecil, sekitar 10% saja.
Awal perempuan memulai pergerakan yaitu saat perempuan mengenyam pendidikan. Setelah mendapat pendidikan, mereka peduli pada lingkungannya agar mendapatkan pendidikan yang sama. Dari sinilah terbentuk institusi dan organisasi perempuan.
4 tema penting yang menjadi konsen para perempuan penggerak saat itu adalah:
- Perlindungan perempuan dan anak
- Hari Ibu
- Undang-undang perkawinan
- Hak pilih perempuan
Agar kita para perempuan mampu mencontoh para perempuan penggerak dan pahlawan adalah memiliki kepedulian / empati yang sesuai akar diri dan keluarga. Dimulai dari hal-hal sederhana dan yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga. Peduli pada anak, peduli pada suami. Nanti akan meluas kepeduliannya kepada lingkungan di sekitar kita.
Perempuan yang hebat adalah perempuan yang bisa melihat potensi dirinya. Lompatan yang bisa dicapai oleh perempuan adalah saat ia memiliki kemampuan melihat potensi dirinya, di bidang apapun. Dari potensi itu, kita bisa menumbuhkan kekuatan. Dan dari merangkai kekuatan kita, akan menjadi sesuatu. Jangan melihat orang lain, jangan mendengarkan keraguan orang lain, fokus pada eskplorasi kekuatan dan potensi. Jadi kunci kita bisa mencontoh para perempuan hebat adalah bagaimana mengenali potensi dan bagaimana mengembangkannya.
Kalimat penutup dari ibu Mutia, “Ada satu hal yang perlu diingat, bahwa kekuatan perempuan ada di dalam diri kita sendiri. Kita jangan berharap kepada orang lain untuk membentuk kita, tetapi kita sendirilah yang harus menyadari kekuatan kita, dan dari kekuatan itulah inti dari solusi-solusi dan strategi-strategi yang bisa kita berikan untuk bangsa. Jika kita masing-masing sudah punya kesadaran refeksi diri yang maksimal, nantinya pasti akan menghasilkan output yang luar biasa untuk masyarakat dan untuk Indonesia.”
Ditulis oleh Zakiyah Darojah.