Anak muda mudi, yang mungkin tengah jatuh cinta biasanya sangat mengagungkan cintanya. Mereka berjanji sehidup semati demi cinta mereka. Ada yang akhirnya sampai ke jenjang pernikahan, ada yang akhirnya putus di jalan. Saking mengagungkan cintanya, biasanya yang putus cinta bisa stres berkepanjangan atau mengulang kisah cinta lagi. Tetapi sebenarnya cinta sebelum pernikahan itu belum utuh, baru kulitnya saja.
Sementara mereka yang sampai ke jenjang pernikahan, baru menghadapi realita cinta yang sebenarnya. Ada juga yang menikah tanpa rasa cinta. Entah karena dijodohkan, karena terpaksa dan lain sebagainya. Mereka langsung berhadapan dengan kenyataan cinta di dalam pernikahan.
Mereka yang menikahlah yang akan memahami apa arti cinta sesungguhnya. Karena sisi di balik cinta itu adalah ego. Di dalam pernikahan, bukan hanya cinta yang termunculkan, tetapi ego kita juga sangat jelas muncul di permukaan. Pasangan yang menikah akan mengalami pertarungan dalam menghadapi kenyataan cinta dan ego. Setiap kita pasti memiliki ego baik disadari maupun tidak. Dan pernikahan menurut saya adalah jalan paling nyata untuk mengenali ego sekaligus cinta kita.
Kenapa demikian? Karena kita bersanding dengan orang lain yang akhirnya menjadi bagian dari hidup kita, bahkan ia adalah orang yang paling tahu bagaimana luar dalamnya kita. Baik secara fisik maupun karakter. Orang tua kita, saudara kandung kita, belum tentu tahu sedalam yang pasangan kita tahu. Baik buruknya kita, luka-luka kita yang masih mengendap di dalam bawah sadar kita, isi pikiran kita, karakter sesungguhnya kita, kebiasaan kita, semuanya yang paling tahu adalah pasangan kita. Orang tua, saudara, masih punya batasan untuk masuk ke dalam diri kita, tetapi pasangan kita sudah tidak ada batasan lagi. Merekalah yang paling tahu siapa dan bagaimana diri kita sedalam dalamnya.
Dari situlah dalam pernikahan itu terjadi peperangan yang sangat sengit antara cinta dan ego. Jika kita masih mempertahankan ego kita yang besar, maka cinta akan kalah. Sementara jika kita mau belajar merendahkan ego kita, maka cinta yang akan menang. Tetapi merendahkan ego kita itu tidaklah mudah.
Ego itu bagian dari diri kita. Ketika kita sedikit demi sedikit melepasnya, itu bagaikan kita dikuliti kulit kita selapis demi selapis. Sakit? Pasti. Tetapi ketika kita rela untuk dikuliti, maka ego kita yang besar itu akan mulai luruh dan tergantikan dengan cinta kita yang bertumbuh. Saat ego kita yang berkuasa, sesungguhnya cinta kita kalah. Tetapi saat ego kita sudah luruh, maka cinta kita yang tumbuh.
Dalam proses mengikis ego dan meninggikan cinta inilah sebenarnya Tuhan sedang mengajarkan kepada kita tentang kehadiran-Nya. Tuhan ada di dalam cinta. Ketika kita masih menuhankan ego kita, maka Ia lenyap dari diri kita. Tetapi saat cinta tumbuh dalam diri kita, maka Tuhan pun hadir di dalam kesadaran kita.
Maka perjalanan cinta adalah perjalanan mengikis ego. Sehingga kita merasakan kehadiran Tuhan di dalam cinta yang terus tumbuh. Semoga kita termasuk pasangan suami-istri yang beruntung dalam perjalanan cinta 🥰🥰
Dokumentasi pribadi
Ditulis oleh: Zakiyah Darojah