Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Sufi Kaya Sufi Miskin

Alkisah seorang murid sudah lama menimba ilmu pada gurunya yang zuhud. Dan ia ingin menimba ilmu lagi agar semakin sempurna keilmuannya. Maka gurunya merekomendasikan seorang sufi untuknya belajar lebih jauh.
.
Sang murid pun mengikuti petunjuk gurunya. Berangkatlah ia menempuh perjalanan yang jauh menemui sang sufi yang dimaksud gurunya. Sesampainya di kota yang dituju, sang murid bertanya pada penduduk kota tentang seorang sufi yang dimaksud gurunya. Namun penduduk kota tidak ada yang mengenal sufi tersebut.
.
Penduduk kota hanya tahu, jika nama yang disebut sang murid adalah saudagar kaya raya di kota itu, tapi bukan guru sufi.
.
Karena penasaran, sang murid tetap menuju rumah saudagar yang kaya raya itu. Benar saja, sesampainya di rumah saudagar, ia takjub. Rumahnya bak istana raja. Dalam hatinya ia semakin ragu-ragu, pasti bukan ini orang yang dimaksud gurunya.
.
Setelah dipersilahkan masuk oleh penjaga rumah, ia menunggu sudagar itu di ruang tamu yang keindahannya belum pernah ia lihat sepanjang masa. Dan semakin terkejutlah sang murid, ketika saudagar yang dimaksud datang dengan kereta kencana yang super mewah. Sang saudagar turun dengan jubah dari sutra yang sangat memesona.
.
“Duhai tamuku yang dimuliakan Allah,” sapa saudagar itu dengan sopan dan senyum bersahaja.
Sang murid semakin tidak mengerti, karena ternyata saudagar itu, sudah tahu maksud kedatangannya sebelum ia bercerita. Namun karena kebimbangan hatinya, dia memutuskan untuk tidak meneruskan niatnya dan memilih untuk pulang kembali ke daerah asalnya.
.
“Sampaikan salam hormatku untuk gurumu, dan sampaikan pesanku kepadanya, agar janganlah ia terlalu memikirkan dunia.”
.
Demikian kalimat terakhir dari saudagar kaya, setelah menjamu sang murid dengan makanan aneka rupa, sebelum sang murid memohon diri pulang.
.
Sang murid semakin keheranan, bukankah saudagar ini yang terlalu bergelimang dunia? Sedangkan gurunya adalah manusia zuhud yang hidupnya hanya disibukkan dengan ibadah. Untuk hidup sehari-hari saja, gurunya hanya menjala ikan di laut, dan hasil tangkapan ikannya bahkan sering dibagi-bagikan ke tetangga. Kenapa dikatakan jangan terlalu memikirkan dunia? “Aaah sungguh ini nasihat yang terbalik,” pikir sang murid.
.
Sesampainya di padepokan gurunya, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, sang guru bertanya kepada muridnya, kenapa ia kembali? Dan sang murid menceritakan ia tidak menemukan guru sufi di kota itu, tetapi hanya menemukan saudagar kaya.
.
Sang guru mengangguk-angguk. “Lalu apa yang diceritakannya?” Tanya sang guru. Sang murid kebingungan, mau menuturkan pesan terakhir sang saudagar, tidak enak hati. Tetapi karena desakan sang guru, akhirnya ia ceritakan juga.
.
Sang guru pun menangis tersedu-sedu, mendapati nasihat dari saudagar yang disampaikan si murid. Si murid pun semakin terheran-heran.
.
“Dia, sudagar yang kau temui itu, benar sufi yang aku maksud. Dan apa yang dikatakannya sungguhlah benar.
.
Aku yang hidup sederhana, tetapi yang kupikirkan seringkali adalah harta. Setiap kali menjala ikan, aku selalu berharap mendapatkan sebongkah emas. Tetapi yang kudapati selalu hanyalah ikan-ikan. Maka, ikan itu aku bagikan ke penduduk desa. Sementara ia, saudagar yang kau temui itu, meski harta bergelimang banyaknya, namun hartanya itu tidak membuat hatinya berpaling dari Tuhannya.”
.
Sang murid pun tertunduk lesu…
Sufi Kaya Sufi Miskin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas