Utang, Kebutuhan atau Kebiasaan?

Apakah ada yang punya utang? Jika teman-teman memiliki utang, itu memang kebutuhan atau sebenarnya kebiasaan? mungkin karena saking seringnya ngutang jadi kalau tidak ngutang itu gatel rasanya?
.
Saya tergelitik menulis tentang utang ini, karena ketika saya dan suami saya upload foto berikut, banyak sekali komenan yang lucu. “Senyumnya sumringah terus,” “wajah wajah bebas utang,” dan lain sebagainya. Jujur saya tertawa, karena mungkin memang ada hubungan antara utang dengan keceriaan kita.
.
Utang itu kan beban, jika diibaratkan beban utang itu beratnya 100.000 joule atau lebih, berarti gaya gravitasi bumi bertambah yang menarik bibir kita ke bawah ☹️. Otomatis jika punya banyak beban utang, maka wajah akan sulit terlihat ceria, meskipun sudah tersenyum. Karena aura wajah kita tidak bisa membohongi beban-beban di kepala kita.
Meskipun utang itu beban, tetapi banyak sekali orang yang suka utang bahkan terjerat utang. Kenapa bisa demikian? Berikut beberapa analisa saya, kenapa orang tidak bisa lepas dari utang.
.
1. Penghasilan lebih kecil dari pengeluaran. Sehingga selalu kekurangan uang, yang pada akhirnya terpaksa utang. Gali lobang tutup lobang, demikian tiada habisnya.
.
2. Menganggap utang itu salah satu jalan rezeki. Sehingga ketika butuh uang, yang terpikir bukan bagaimana saya bisa menghasilkan uang sejumlah kebutuhan tersebut? tetapi yang terpikir utang ke mana? atau utang ke siapa? akhirnya selalu terjebak utang.
.
3. Gaya hidup. Sebenarnya tidak butuh-butuh amat berutang, tetapi karena gaya hidup ingin beli sesuatu yang cukup mahal misalnya mobil, motor, HP dan lainnya, meskipun dananya belum ada tetapi sudah keburu kepengin, akhirnya memilih utang.
.
4. Kemudahan dalam utang. Saat ini lembaga keuangan baik legal maupun non legal begitu menjamur dan begitu mudah untuk meminjam uang. Akhirnya yang sebenarnya tidak butuh, tapi karena ada penawaran akhirnya pinjam utangan.
.
Saya dan suami memilih tidak berutang, karena kami sama-sama memiliki pengalaman tidak enaknya berutang. Berutang ke lembaga keuangan membuat kita dikejar-kejar harus bayar tiap bualan. Utang ke orang lebih parah lagi, kami jadi memiliki watak yang sangat buruk, seperti menunda bayar utang, berbohong, mengelak bayar dan lain sebagainya. Jadi utang buat kami membuat hidup tidak tenang. Kami memilih hidup sesuai standar kemampuan keuangan kami saja. Tidak ndakik-ndakik seperti orang yang levelnya lebih tinggi. Ini bagi kami sudah sangat cukup.
.
Beberapa waktu lalu ada saudara bilang, “uripku lagi ayem-ayeme.” (hidupku sedang nyaman-nyamannya). Saya tanya kenapa? jawabannya “wis ora nduwe utang” (sudah tidak punya utang).
Bukan saya sedang jumawa, tidak punya utang. Karena alasan orang berutang itu banyak sekali. Saya pun dulu punya utang. Karena mikirnya kalau nggak utang ya nggak bisa bikin usaha dan lain sebagainya.
Tapi dibandingkan antara punya utang dan tidak, memang mending tidak.
.
Kenapa? sesuai apa yang disampaikan nabi;
“Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Itulah utang!’ (HR. Ahmad At Thabrani )
.
Ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Mengapa engkau sering kali berlindung kepada Allah dari utang?”
Beliau mengatakan; “Sesungguhnya, apabila seseorang terlilit utang, maka bila berbicara ia akan dusta dan bila berjanji ia akan ingkari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Ibnu Hajar Al-Atsqalani rahimahullah menjelaskan bahwa inilah keadaan mayoritas orang yang suka berutang.
.
Demikian juga dengan wasiat dari Umar bin Abdul Aziz;
“Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari dan kesengsaraan di malam hari, tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah- tengah manusia selama kalian hidup.” (Umar bin Abdul Aziz Ma’alim Al Ishlah wa At Tajdid, 2/71)
.
Jadi, buat teman-teman jika mau memutuskan berutang, pikirkan baik-baik. Dan yang sedang masih punya utang, semoga lekas lunas dan setelah itu seyogyanya tidak berutang lagi. Kecuali anda pengusaha yang menjadikan uang pinjaman sebagai modal untuk memperbesar usaha. Itu pun dengan syarat, anda benar-benar mampu mengelola uang tersebut. Karena tidak sedikit kejadian, bukannya usahanya tambah besar malah bangkrut terlilit utang.
.
Semoga catatan ini bermanfaat.
.
referensi: Dari berbagai sumber.
Ditulis oleh: Zakiyah Darojah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas