Cintai Nasibmu

 

Seringkali seseorang meratapi nasibnya, merasa penderitaan hidup begitu berat. Kemudian membandingkan dengan nasib orang lain, “Ah dia si gak ada apa-apanya, aku lhoo… Bla bla bla…” Di sisi lain, susah juga melihat orang lain bahagia dengan nikmat hidupnya. Merasa yang diterima dalam hidupnya lebih istimewa “Ah, gitu aja bangga… Aku lhoo.. Bla bla bla..”
.
Perbandingan, baik apa yang disebut derita maupun kenikmatan (meskipun di level non duality, semuanya baik adanya) merupakan sumber penderitaan.
.
Seperti dalam sebuah pertandingan, setiap orang mempunyai arena pertandingannya sendiri-sendiri. Lengkap dengan tantangan dan hadiahnya. Perbedaannya, kita tidak sedang bertanding dengan siapa pun. Kita tidak sedang mau mengalahkan atau mengungguli siapa pun juga. Kita hanya sekedar bermain saja. Tugas kita adalah bermain sebaik-baiknya di lapangan ini, dengan aturan main yang sudah ditetapkan.
.
Bagaimana hasilnya? Itulah nasib kita. Dan sebaik-baiknya pemain adalah yang rela dengan hasil bermainnya. Tidak menyalahkan siapa-siapa, terlebih yang membuat aturan main.
Dalam permainan, kita memang seakan-akan boleh memilih dan menentukan nasib, namun pada akhirnya kita hanya bisa menerimanya. Karena kita bukan pemilik permainan.
.
Rela, menjadi bahan bakar untuk terus optimis bermain yang terbaik. Karena mengeluh dan meratapi nasib, hanya akan membuat permainan semakin sulit.
.
Ridho, terhadap apa pun hasil permainan di setiap rondenya. Karena sadar keridhoan itu yang akan mengantar kepada kepuasan hati dan kebahagiaan yang hakiki.
.
Bukan hanya pihak lain kadang yang membuat tidak rela. Tapi juga harapan-harapan diri sendiri yang melenceng dari kenyataan. Maka penting untuk berlatih mencintai nasib. Agar permainan terus berjalan dengan baik dengan ending yang terbaik…:)
Cintai Nasibmu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas