Kapan makan terasa sangat nikmat? Ya, saat lapar. Apalagi lapar sekali. Makanan biasa saja pun, akan terasa nikmat sekali. Saat itu, rasanya mensyukuri anugerah makanan itu teramat besar. Di situlah salah satu nikmatnya puasa, yaitu saat berbuka.
Apalagi jika sembari menghayati, berapa ratus bahkan ribuan orang mungkin yang terlibat di dalam proses pembuatan makanan itu. Dari menanam, memanen, mengolah, mendistribusikan dan sebagainya, hingga segala jenis makanan terhidang di depan kita. Itu pasti jika diresapi akan menjadikan ungkapan alhamdulillah tiada henti di dalam hati.
Suami saya sangat emosional jika bicara soal makanan ini. Mungkin karena punya pengalaman bagaimana deritanya tidak bisa makan dulu. Sarimi 1 bungkus diparo jadi 2, untuk makan siang dan sore. Pagi nggak makan. Bahkan kadang berhari-hari nggak makan. Saat ketemu makanan, entah dikasih temannya atau ngutang di warung, itu bagaikan menemukan emas permata. Demi sesuap makanan, malu pun terpaksa sirna. Bahkan katanya, makan bisa sambil meneteskan air mata, saking terharunya😊.
Karena saking pokoknya, makanan ini sebagai kebutuhan utama manusia, sehingga memberi makanan pada yang membutuhkan sangat dianjurkan. Bahkan menjadi amal utama. “Sesungguhnya orang terbaik diantara kalian adalah orang yang memberi makan” (HR. Ibnu Sa’ad, Al-Hakim, Ath-Thobroni) demikian Rosul bersabda.
Orang lapar, saat dikasih makan, itu syukurnya tiada tara. Disitulah energi syukurnya menggetarkan semesta. Mungkin bagi sebagian orang, makanan sampai dibuang-buang seakan kurang berarti. Tapi bagi mereka yang butuh, sedikit makanan sangat disyukuri.
Orang baik yang kelaparan, bisa terpaksa akhirnya berbuat keburukan. Ngutang nggak mbalik-mbalik, mencuri, berdusta, menipu dll. Itulah kenapa ada istilah kefakiran bisa membawa pada kekufuran. Itu bukan hanya salah mereka, tapi salah orang-orang di sekitarnya juga yang tidak membantu.
Ada kisah orang yang beribadah puluhan tahun, masih lebih ringan timbangannya dibanding orang yang memberi makan orang yang kelaparan. Maksudnya ibadah hablum minallah, tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan amal kebaikan kepada sesama (Hablumminannas).
Allah pun sudah memperingatkan di dalam firmannya, Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? yaitu orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang gemar menampak-nampakkan namun enggan (memberikan) bantuan. ( QS:Alma’un: 1-7)