Judul Buku: Ilmu Bahagia Menurut Ki Ageng Suryomentaram
Penulis: Afthonul Afif
Penerbit: Pustaka Ifada
Bulan Januari, saya berhasil membaca 1 buku bagus, yang mengulas tentang pemikiran Ki Ageng Suryo Mentaram. Berikut di antara isi bukunya.
-
Ilmu Pengetahuan Sebagai Manifestasi Cara Berpikir Rasional.
Menurut Ki Ageng, Ilmu Pengetahuan berdasarkan objek yang dikaji, dibagi menjadi 2:
- Barang Asal
- Barang Jadi
Sedangkan ilmu pengetahuan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi:
- Ilmu nyata
- Ilmu keyakinan
Ada 3 dalil utama ilmu barang ASAL:
- Barang yang ada itu ada
- Barang yang ada itu abadi
- Wujud barang yang ada itu: zat, keinginan dan Aku.
Hubungan antara manusia dengan peristiwa maupun benda yang memungkinkan lahirnya kesadaran tentang kedaulatan subjek, yang merupakan sumber dari makna atas kedua hal tersebut, disebut kesadaran tentang RASA AKU (Raos Aku). Hanya aku sebagai subjek yang melahirkan makna. Dan aku yang mampu memberi makna itu, abadi.
Memikirkan barang asal adalah mengetahui bahwa antara yang tahu dan diketahui sama-sama berasal dari barang asal. Yakni yang tahu adalah aku dan yang diketahui adalah zat dan keinginan.
Aku yang tahu melahirkan makna , zat dan keinginan yang diketahui melahirkan barang jadi dan gerak yang dicari maknanya. Makna adalah ciptaan aku, sedangkan yang dicari maknanya, barang jadi dan gerak ialah ciptaan zat dan keinginan. Oleh karena itu, barang jadi, gerak dan makna ialah ciptaan barang asal yakni zat, keinginan dan aku.
2. Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
Catatan dari keinginan manusia akan melahirkan Kramadangsa (Hanya melihat hal yang menyenangkan saja).
Kramadangsa terobsesi 3 kebutuhan:
- Jabatan
- Kehormatan
- Kekuasaan
Keinginan-keinginan yang menguasai manusia, merupakan kramadangsa. Ia akan tumbuh semakin merajalela. Membuat manusia salah mengidentifikasi dirinya. Menganggap kramadangsa adalah dirinya sendiri. Karena krama dangsa bisa membelokkan pemahaman dan pengertian yang benar. Kecenderungan orang yang menuju kramadangsa adalah suka menanggapi. Untuk meneliti si tukang menanggapi ini kita musti mengetahui rasa suka dan benci yang terjadi sekarang ini, di sini.
Sementara kebalikan dari kramadangsa adalah manusia tanpa ciri. Manusia yang berhasil menguasai kelompok catatan keinginan, tidak akan lagi diperbudak olehnya. Tetapi menjadi tuan yang menguasainya. Kesadaran inilah yang melahirkan kejernihan batin dan ketenangan dan kedamaian batin.
Kita tidak bisa memahami konsep kebahagiaan dan ketidakbahagiaan sebagai kondisi yang identik dengan terpenuhinya / tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut. Melainkan sejauh mana kita mampu menanggapi catatan-catatan tersebut secara wajar dan teliti agar tidak diperbudak catatan-catatan tersebut.
Ada 6 prinsip agar kita tidak terjerat kramadangsa. Yaitu 6 SA. Sabutuhe (sebutuhnya), Saperlune (seperlunya), Sacukupe (secukupnya), Sabenere (sebenarnya), Samestine (Seharusnya), Sakepenake (senyamannya).
Kebahagiaan merupakan kondisi psikologis yang juga digerakan oleh hukum muler-mungkret, bukan kondisi permanen yang bertahan selama-lamanya. Karena kita hidup di dunia ini senantiasa berada dalam persimpangan (inter change)
Untuk mampu terbebas dari kramadangsa, dan menjadi manusia tanpa ciri, maka perlu berlatih menghilangkan rasa benci kepada siapapun. Hanya melalui tindakan yang berdasar dan penglihatan dan pengertian diri sendiri yang benar dan tepat terhadap keadaan yang ada, sekarang dan di sini, yang membuat orang berdaulat atas nasibnya sendiri. Inilah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang tidak tergantung pada orang lain dan benda-benda di luar orang tersebut.
3. Mawas DiriSebagai Metode Pengenalan Diri.
Rasa abadi: rasa menerima keadaan sekarang dan di sini.
Laku mawas diri dapat memandu orang untuk mengenali elemen-elemen kunci yang akan menentukan bahagia atau celaka hidupnya. Yakni elemen yang bersifat stabil si antaranya: rasa abadi, rasa bebas, dan rasa damai. Dan elemen yang tidak stabil yakni keinginan (karep)yang mendorong orang untuk senantiasa menanggapi dan menggagas hal-hal yang hanya menyenangkan dan menguntungkan dirinya. Denagn mawas diri orang akan mampu mengawasi keinginannya sendiri.
4. Kawruh Jiwa: Ilmu Pengetahuan Tentang Diri Sekaligus Ilmu Pengetahuan Tentang Masyarakat
Hidup di dimensi 1; ibarat hidupnya tumbuh-tumbuhan, manusia sudah merasakan sesuatu namun ia belum dapat membuat tanggapan terhadapnya.
Hidup di dimensi 2; ibarat hidupnya hewan, manusia sudah mampu merasakan sesuatu, sudah mampu berbuat terhadap rasanya, namun belum termasuk perbuatan yang benar dan sesuai dengan rasa itu.
Hidup di dimensi 3; hidup manusia yang sudah mampu merasakan sesuatu, karena ia sudah mampu mengenali hukum di balik benda dan peristiwa. Di sini manusia hidup sebagai kramadangsa
Hidup di dimensi 4; hidup manusia dalam hubungannya dengan perasaan-perasaan. Yakni rasa yang dihayati dan rasa yang menghayati.
5. Ilmu Pendidikan Sarana Manajemen Rasa dan Rasio
Pendidikan berbasis cinta kasih.
- Tidak membeda-bedakan
- Tidak mengejek
- Tidak menanamkan rasa takut
- Tidak mengajarkan rasa takut berterus terang
- Tidak menanamkan rasa percaya pada orang tua
- Tidak menanamkan rasa curiga
- Tidak menunjukkan rasa dibenarkan dan dibela
- Tidak mengajrkan rasa senang diupah
- Tidak menanamkan rasa suka terhadap pujian
- Tidak mengajarkan serakah
- Tidak mengajarkan pilih kasih
- Tidak mengajarkan rasa dendam
- Tidak mengajarkan rasa pamrih
Pendidikan berbasis ilmu nyata
- Jangan menakut-nakuti
- Jangan mengancam
- Jangan mengelabuhi
- Jangan menyalahkan benda mati atau makhluk halus
- Jangan menyalahkan binatang
- Jangan memanjakan
Pendidikan terhadap Keindahan
- Bebauan
- Pendengaran
- Penglihatan
- Cita rasa
- Rabaan
6. Ilmu Perkawinan: Pemuliaan Sekaligus Pengendalian Hasrat
Dasar pergaulan suami istri adalah rasa sama meskipun kepribadiannya berbeda. Karena dalam hubungan suami istri yang diutamakan adalah menerima rasa hati masing-masing di semua bidang. Oleh karena itu, hubungan suami istri memiliki dimensi hubungan seorang sahabat karib.
Lahirnya rasa suami istri ketika rasa kramadangsa masing-masing pihak telah mati.
demikian review buku Ilmu Bahagia menutur Ki Ageng Suryomentara.
#KLIP
#Ibuprofesionaluntukindonesia
#sinergijadiinspirasi