Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Iri & Dengki Sumber Sempitnya Rezeki

Seringkali kita menginginkan rezeki berlimpah, hidup berkualitas, bisa punya rumah bagus, kendaraan bagus, barang-barang berkualitas, sandang pangan papan tercukupi dengan baik, jalan-jalan kemana saja kita ingin, bisa berbagi ke banyak orang dan lain sebagainya. Namun seringkali yang menghambat semua itu terjadi adalah diri kita sendiri. Yaitu kita suka memelihara sifat iri dan dengki.

Bagaimana kita tahu, kita memelihara sifat iri dan dengki atau tidak? kita bisa cek ke dalam batin kita sendiri. Saat kita melihat saudara, teman, kerabat dan lain-lain memiliki yang belum kita miliki, bagaimana perasaan kita?

Kadangkala kita suka aneh, ingin punya uang banyak, tapi benci sama orang yang hartanya banyak. Ingin punya rumah bagus, tapi nggak suka jika ada teman kita yang membangun rumah bagus. Ingin bisa jalan-jalan traveling ke mana saja, tapi iri ketika melihat orang lain jalan-jalan. Ingin bisa berbagi, tapi mengatakan yang suka berbagi itu pamer.

Nah, bagaimana segala sesuatu yang berbentuk rezeki-rezeki itu menghampiri kita, saat kita sendiri tidak suka dengan mereka yang telah memiliki semua yang kita inginkan itu? Bukankah mustinya kita menumbuhkan rasa suka dulu, baru sesuatu itu perlahan akan mendekati kita? jika kita membencinya, otomatis pintu rezeki-rezeki itu akan tertutup.

Zaman sekarang, kita mudah mengeceknya. Kita cek saja di sosial media. Bagaimana perasaan kita saat teman-teman kita mengupload postingan mereka tentang uang, kekayaan, mobil baru, rumah baru, traveling, banyak berbagi dan sebagainya. Apakah dalam hati kita terbersit, “Ih sombong”, “gitu aja pamer!”, “Sok kaya itu mah!”, “Sedekah aja dipamer-pamerin”, “Baru gitu aja sudah bangga”, dan lain sebagainya.

Jika ada perasaan-perasaan seperti itu, bisa jadi kita masih memelihara sifat iri. Iri itu tidak suka melihat kenikmatan orang lain, harapannya kenikmatan itu jadi milik kita saja. Sedangkan dengki, lebih berat lagi, yaitu tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan dan mengharapkan mereka sengsara saja, alias dihapuskan saja nikmat-nikmatnya itu.

Saya pun barangkali masih memiliki sifat tersebut, meski sangat halus. Oleh karena itu, saya menulis catatan ini untuk mengingatkan diri sendiri.

Saat kita iri dan dengki, sebenarnya kita menutup pintu rezeki kita sendiri. Seperti saya sebutkan di atas, bagaimana mungkin sesuatu yang kita harapkan akan menghampiri, jika kita sendiri membenci orang yang sudah terlebih dahulu mendapatkan rezeki yang kita impikan itu.

Lalu, bagaimana solusinya?

Solusinya bisa dengan jalan melatih diri sendiri untuk merasakan bahagia, saat melihat orang lain bahagia. Jika zaman dulu hanya bisa melihat tetangga kanan kiri, zaman sekarang jauh lebih mudah untuk berlatih. Kita bisa memanfaatkan sosial media untuk melatih hati kita, merasakan kebahagiaan saat orang lain merasakan kenikmatan yang ia dapat.

Jika teman atau saudara atau kerabat atau bahkan orang yang tidak kita kenal mem-posting kebahagiaannya, entah mereka mendapatkan banyak rezeki, membeli mobil baru, membangun rumah baru, mendapatkan banyak orderan, traveling, keluarganya harmonis, banyak berbagi dan lai-lain, kita turut memberikan like pada postingan mereka itu. Tentunya dengan turut merasakan kebahagiaan orang lain dengan kenikmatan yang ia terima, perasaan kita pun akan turut merasakan kenikmatan dalam posisinya. Dan ini akan membuka jalan bagi kita, untuk menjadikan hal itu realita di kehidupan kita sendiri.

Meskipun, tentunya kita menge-like bukan berniat agar kita ketularan, tapi utamanya adalah mengakses perasaan bahagia dengan melihat kebahagiaan orang lain itu. Jika hal ini bisa kita akses, mudah-mudahan pintu rezeki akan lebih mudah menghampiri.

Seperti contohnya saya waktu dulu, ingin bisa jalan-jalan ke Eropa. Jika menyisihkan tabungan, tentunya ada. Tapi masih sayang dananya, karena lebih bisa dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih penting. Namun saya selalu menyukai postingan teman-teman, dan orang-orang yang sudah menginjakkan kaki di Eropa entah untuk traveling atau pun tengah belajar di sana. Saya selalu like postingan mereka dengan penuh rasa bahagia.

Dan tanpa dinyana, pada suatu waktu suami saya diundang untuk mengisi workshop di beberapa negara di Eropa. Aha, jadilah impian saya menjadi nyata. Saya berhasil traveling ke Eropa, dengan jalan melalui suami saya. Dan itu semua dibiayai oleh EO di sana. Selama hampir 2 bulan, kami mengelilingi berbagai negara dan kota di Eropa. Jika itu menggunakan biaya pribadi, tentunya menguras tabungan yang cukup banyak. Karena untuk traveling 12 hari saja, biayanya cukup lumayan per orangnya. Demikianlah kekuatan bahagia merasakan kebahagiaan orang lain. Hasil traveling saya ke Eropa itu, saya tulis menjadi sebuah buku yang berjudul “40 hari Keliling Eropa” Bukunya bisa dilihat di sinihttps://zakiyahdarojah.com/buku-40-hari-keliling-eropa/

Demikian juga saat saya ingin menunaikan ibadah umroh. Alih-alih saya sebut pamer orang-orang yang meng-upload bahwa mereka sedang beribadah umroh di kota Mekah. Saya justru suka like postingan-postingan mereka. Dan alhamdulillah harapan saya  untuk bisa umroh itu pun terkabul.

Turut merasakan kebahagiaan dengan kenikmatan orang lain utamanya adalah untuk diri sendiri. Jika kita masih memelihara iri dan dengki, kita sendiri yang merugi. Orang lain akan tetap dengan kenikmatan-kenikmatan yang mereka dapatkan yang bisa jadi semakin hari semakin bertambah banyak. Sementara kita sendiri akan biasa-biasa saja, ttetap begini-begini saja anpa pertumbuhan. Tentunya tidak mau bukan?

Maka dari itu, yuk kita latih untuk mengikis sifat iri dan dengki, dan menggantinya dengan rasa suka cita saat melihat orang lain bahagia dengan rezekinya.

Iri & Dengki Sumber Sempitnya Rezeki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas