Di dunia pemberdayaan diri sedang marak sekali orang-orang yang kesengsem dengan hukum LOA. Law of atrraction atau disebut juga sebagai hukum tarik menarik. Maksudnya dengan hukum ini, ketika manusia menarik (berkeinginan) akan sesuatu, maka ia akan mendapatkan sesuatu itu. Caranya mudah, cukup kita perkuat rasa memiliki hal yang kita inginkan itu, dengan afirmasi seoalah-olah apa yang diinginkan itu sudah menjadi milik kita. Semakin kuat daya tarik kita terhadap apapun yang ingin ditarik, semakin cepat LOA bekerja.
Kenapa hukum ini sangat digandrungi orang-orang? barangkali karena kita diberi angin segar bahwa untuk mencapai apapun yang kita inginkan itu mudah. Tidak perlu bekerja amat keras, cukup perkuat saja LOA nya, apapun yang kita inginkan akan terwujud dengan ajaib.
Orang-orang pemalas, orang-orang yang maunya instant, yang tidak mau berupaya keras, sangat memuja hukum ini. Karena ini menjadi alasan untuk tetap bermalas-malasan, cukup mengkhayal dan berharap keajaiban datang sesuai yang diinginkan.
LOA tidak salah. Tetapi mungkin kita yang menerapkannya kadangkala keliru.
Jika kita berada di level ekonomi bawah, yang bisa menghasilkan uang hanya sekedar untuk bisa makan, atau bahkan buat makan saja masih kekurangan, maka hanya menghayalkan dengan hukum LOA tanpa diikuti dengan perubahan mindset, perubahan kebiasaan, perubahan sikap, perilaku, akhlak, perubahan cara kerja dan lain sebagainya, keajaiban yang diinginkan hanya akan menjadi mimpi belaka.
Jika anda saat ini masih berada di level ekonomi bawah, dan ingin meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup anda, maka anda harus berani untuk melalui proses yang nggak enak. Anda harus berani meninggalkan kemalasan, harus berani meninggalkan rasa malu, minder, gengsian, mudah putus asa, pesimis, kebanyakan alasan dan lain sebagainya. Anda harus keluar dari situ. Karakter seperti ini biasanya sudah bawaan dari orok. Karena orang miskin akan mewariskan mental miskin juga ke keturunannya. Sehingga, keturunannya sudah memiliki karakter bawaan miskin sedari kecil. Maka tidak sedikit ditemukan bahwa orang miskin melahirkan orang miskin baru. Kecuali keturunannya itu mau mendobrak tradisi, kebiasaan, karakter yang diwariskan dari lingkungannya diganti dengan kebiasaan, karakter dan mental orang sukses.
Dan untuk mengubah itu, amat sangat tidak enak sekali. Saya yang terlahir dari keluarga sederhana (meskipun juga tidak dikatakan miskin) saya perlu membangun mental saya sejak muda dengan latihan yang tidak gampang. Saya pernah jualan baju kredit yang saya jajakan dari rumah ke rumah, jalan kaki. Bukan naik motor, bukaaan. Jalan kaki. Saya pernah jualan kue donat semasa kuliah. Jadi sembari kuliah saya buat kue dan dititipkan di warung-warung. Itu tidak mudah. Saya harus membuang jauh-jauh rasa malu, rasa disepelekan, rasa takut dicemooh dan lain-lain. Saya juga pernah berbisnis MLM berangkat pagi pulang menjelang tengah malam. Itu sangat enggak enak. Di mana rumah saya di desa, jam 9 malam saya masih menunggu di terminal untuk mendapatkan bus malam yang tidak setiap jam ada. Demi kepingin berubah nasib, saya berani melakukan itu semua.
Dan banyak hal lain yang saya lakukan, yang itu mengundang cibiran, remehan, dan kasihan barangkali dari orang yang melihat saya waktu itu. Tetapi saya tidak punya pilihan lain. Hanya itu yang bisa saya lakukan, dan saya terus melakukan yang saya bisa. Saya tidak pernah putus asa. Meskipun yang saya hasilkan hanya uang recehan.
Jadi kalau ada yang bilang, wah kepengin kaya mba Zaki hidupnya enak. Tunggu dulu, mau nggak melakukan seperti yang pernah saya lakukan dulu, yang sangat enggak enak itu? Kecuali jika anda terlahir dari keluarga kaya, mungkin anda tidak perlu effort yang terlalu enggak enak untuk mencapai kesuksesan anda. Tetapi, saya rasa orang kaya justru mengajarkan kedisiplinan yang kuat kepada anak-anaknya. Jika mereka ingin menjadikan anaknya berhasil juga. Jadi tidak sekedar mengandalkan kekayaan orang tuanya.
Pilihan di tangan anda. Mau melakukan hal-hal yang enggak enak di awal, untuk hidup lebih enak. Atau memilih hidup enggak enak selamanya, ketimbang melangkah menaklukan ketakuan anda?
Jangan pernah berharap enak, jika ingin hidup enak. Tidak ada makan siang gratis. Semua hasil, butuh perjuangan.
Ditulis oleh: Zakiyah Darojah