Setelah belajar pada ibu Septi Peni dan bapak Dodik Maryanto terkait bagaimana komunikasi produktif pada pasangan, di minggu selanjutnya saya belajar bagaimana komunikasi produktif pada anak. Meskipun saat ini saya belum memiliki anak, tetapi saya musti banyak belajar soal parenting, dan yang sangat penting adalah bagaimana berkomunikasi produktif pada anak.
Karena komunikasi yang tidak produktif pada anak, bisa menjadikan luka pengasuhan pada anak-anak kita. Dan itu bisa terjadi karena kita sebagai orang tua, minim ilmu. Luka pengasuhan pada anak itu bagaikan kita melobangi dinding. Mungkin anak bisa melupakan, tetapi lobang itu tidak akan pernah hilang. Maka dari itu, penting sekali kita para orang tua maupun calon orang tua, belajar bagaimana komunikasi yang produktif pada anak sehingga diharapkan mampu meminimalisir potensi luka pengasuhan dan juga mampu menjadi coach buat anak-anak kita.
Ibu Septi Peni memaparkan teori Analisis Transaksional yang beliau ambil dari buku karya Eric Berne yang berjudul Games People Play.
Jadi dalam teori analisis transaksional ini disebutkan bahwa setiap manusia, baik dari anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, itu memiliki 3 ego state yang terus selalu ada di dalam dirinya. Yaitu ego state orangtua, ego state dewasa dan ego state anak-anak. Nah, dalam berkomunikasi dengan siapa pun, kita perlu menganalisa kawan bicara kita sedang dalam state ego yang mana saat berkomunikasi dengan kita? sehingga kita bisa menjadi kawan bicaranya yang sesuai dan paham posisi. Demikian pun saat menghadapi anak-anak, ini sangat perlu diperhatikan, agar kita tahu anak kita sedang pada state apa saat berkomunikasi saat itu?
Berikut ciri-ciri masing-masing ego state dalam berkomunikasi.
Ego state Orang Tua
Komunikasi menasihati orang lain, memberi hiburan, menguatkan perasaan, membantu, melindungi, mendorong berbuat baik, dll ini adalah komunikasi Nurturing Parent (NP).
Tetapi sebaliknya ada orang tua yang suka menghardik, membentak, menghukum, melarang dsb disebut sebagai Critical Parent (CP)
Ego State Dewasa
Komunikasi ego state dewasa itu mengambil kesimpulan, keputusan, berdasarkan fakta-fakta, suka bertanya,mencari bersifat rasional, tidak emosional, objektif, realistis, pragmatis.
Ego State Anak-Anak
Komunikasi ego state anak yang natural child itu, dominan mengeluarkan rasa ingin tahu, berkhayal, kreatif, dll. Sementara yang adapted child itu berkomunikasi dengan mengeluh, ngambek, suka pamer, bermanja diri, diulang berkali-kali dsb.
Lalu bagaimana cara mendeteksinya? berikut caranya:
- Melihat tingkah laku baik verbal maupun non verbal
- Mengingat keadaan waktu masih kecil
- Mengamati bagaimana tingkah laku seseorang ketika bergaul
- Memberikan solusi yang disukai.
Demikian tips untuk berkomunikasi pada anak, dengan memahami ego state yang tengah muncul dalam dirinya. Dan hal ini bukan hanya berlaku untuk memahami anak-anak kita sehingga kita bisa berkomunikasi dengan baik. Tetapi hal ini juga untuk memahami tentang diri sendiri, bagaimana ego state kita muncul? anak-anak kah, dewasa kah, atau orang tua? demikian juga untuk memahami pasangan kita, juga perlu tahu state ego pasangan, sehingga kita bisa menjadi kawan bicara yang tepat. Dan komunikasi kita dengannya menjadi komunikasi yang produktif karena menghasilkan kesamaan makna pada suatu hal yang dibicarakan dan akhirnya kita dan kawan bicara kita, sama-sama bahagia.
Ibu Septi menambahkan, bahwa antara komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi dengan pasangan dan komunikasi dengan anak adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika komunikasi dengan diri sendiri baik, dengan pasangan juga akan baik, kepada anak juga akan baik juga. Sehingga terwujudlah keluarga yang bahagia, karena komunikasi di dalamnya produktif dan terbuka.
#KLIP
#Ibuprofesionaluntukindonesia
#sinergijadiinspirasi