Konflik dalam rumah tangga, seringkali bukan karena tidak saling mencintai. Bisa sampai ke jenjang pernikahan, tentunya karena pilihan sadar bahwa seseorang menerima calonnya sebagai suami / istri nya. Tetapi mengapa orang yang saling mencintai itu malah justru saling melukai?
Ya, karena saat kita mencintai pasangan kita, ekspektasi kita tinggi terhadapnya. Dan saat ekspektasi tidak terpenuhi, yang terjadi justru malah jadi terluka. Sehingga orang yang dicintai justru adalah orang yang punya potensi terbesar untuk menyakiti. Apakah pasangan kita jahat versi kita, atau kita jahat versi pasangan kita? Sehingga mudah untuk saling menyakiti?
Seseorang yang mencintai, kadang merasa sudah memberikan segalanya. Merasa sudah berkorban terlalu banyak, tetapi tidak merasa mendapatkan imbal balik yang setimpal, ini yang membuat terluka. Karena ia sudah merasa memberikan cinta, tetapi ia merasa tidak dicintai. Ini yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran tiada berujung kadang. Atau mendendam dalam diam hingga membeku, dan akhirnya meledak suatu waktu.
Seperti data dari departemen agama tahun 2021, bahwa penyebab terbanyak perpisahan suami-istri adalah karena perselisihan dan pertengkaran. Ternyata faktor ekonomi, perselingkuhan dan lain sebagainya, masih di bawahnya faktor perselisihan yang menyebabkan perpisahan suami istri. Bukan karena mereka tidak saling mencintai, tetapi karena sering terjadinya perselisihan yang tidak teratasi, sehingga yang awalnya cinta akhirnya jadi benci. Atau jika masih bersama pun, berada dalam hubungan yang tidak sehat yang menyayat hati. Nampaknya pernikahan seperti ini banyak terjadi. Masih bersama meski sebenarnya menderita, hanya karena demi anak-anak mungkin, atau demi status sosial semata.
Seringkali kita hanya fokus pada bagaimana mencintai, tetapi tidak melihat dari sudut pandang pasangan kita, apakah ia merasa DICINTAI? Demikian juga pasangan kita, tidak pernah melihat dari sudut pandang kita, apakah kita merasa dicintainya? Padahal yang membuat awet hubungan, bukan seberapa besar kita mencintai, tetapi seberapa besar kita atau pasangan kita merasa DICINTAI? Mencintai pasangan kita tentu saja penting. Tetapi mencintai dengan dewasa, yang akan melahirkan empati kita untuk merasakan apakah pasangan kita merasakan cinta yang kita berikan.
Bagaimana kita tahu pasangan kita merasa dicintai, juga sebaliknya diri kita merasa dicintai? Yaitu lewat komunikasi yang jernih dan rasional. Selama emosi masih mendominasi, maka sulit untuk bisa melihat dari sudut pandang satu sama lain.
Saat pasangan kita merasa DICINTAI, dari situlah kita sudah MENCINTAI dengan benar.
(Foto Pribadi; Erzurum, Turkiye)
#KLIP
#Ibuprofesionaluntukindonesia
#Sinergijadiinspirasi