Memahami Maqom Diri

 

Alkisah seorang guru menuturkan bagaimana kita tidak perlu bersusah payah mencari rezeki. Karena rezeki sudah diatur oleh Sang Pencipta. Bahkan hanya diam saja, rezeki untuk kita sudah akan terpenuhi.

Sang murid yang mendengar berpikir keras, bagaimana ia bisa cukup rezeki tanpa bekerja. Bagaimana keluarganya akan hidup tercukupi? Ia pun mengungkapkan kegelisahannya pada sang guru.

Sebelum sang guru menjawab, seorang petani datang ke rumah sang guru, mengantarkan sekeranjang anggur. Dan guru pun mengucapkan terima kasih pada pak tani dan menikmatinya bersama sang murid.

“Beginilah yang kumaksud, tanpa kita bersusah-susah menanam anggur dan membelinya, kita bisa menikmati anggur yang lezat ini. Begitulah rezeki selalu di datangkan untuk kita.”

Sang murid pulang dengan hati bimbang. Ia pun memutuskan untuk meniru gurunya. Diam saja di rumah, tidak bekerja, tidak berkarya. Hanya memegang tasbih merapal wirid. Dan, hari berganti hari, rezeki yang ia nanti tak kunjung menghampiri. Ia pun diprotes oleh sang istri. Kenapa tidak mencari nafkah? Malah hanya duduk-duduk saja setiap hari? Hingga lumbung padi pun habis tak bersisa lagi.

Dalam hati galau, ia pun menghadap sang guru, melaporkan kondisi dirinya. Ia memprotes bahwa mengapa dia tidak mengalami yang seperti gurunya alami.

Sang guru hanya tersenyum, dan memberikan satu nasehat, “Bekerjalah, seperti biasanya… ”

Sang murid pun pulang dengan keheranan. Katanya rezeki kita sudah tercukupi, bahkan tanpa berusaha. Tapi kenapa sekarang dirinya suruh bekerja? Namun karena demi keluarga bisa makan lagi, ia pun kembali bekerja. Dan, periuk nasi pun kembali terisi setiap hari. Istri dan anak-anaknya pun gembira kembali.

Sang murid kembali menemui gurunya, dan menceritakan kisahnya. Dia tidak bisa hanya berdiam diri seperti yang dicontohkan gurunya, tapi dirinya harus berusaha menjemput rezeki itu.

Sang guru tersenyum, “sekarang kamu memahami maqommu… ” katanya.

“Tapi alangkah senangnya berada di posisi sepertimu guru,” protes sang murid.

“Janganlah kau berpikir aku lebih hebat darimu, karena dunia ini bisa berjalan karena ada orang-orang sepertimu. Jika semua orang sepertiku, maka dunia ini tidak akan berjalan. Orang sepertimulah yang membuat inovasi dan kreasi untuk kehidupan ini. Dan ketahuilah bahwa kondisi ini tidak permanen, adakalanya aku berada di posisimu, ada kalanya kamu berada di posisiku. Maka, pahamilah dimana maqommu saat ini, dan lakukan dengan kesungguhan hati.”

Sang murid pun mengangguk-angguk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Kembali ke Atas