Sebagai manusia yang diliputi hawa nafsu yang menebalkan ego, tidak dipungkiri kita seringkali melekat pada banyak hal. Melekat pada harta, melekat pda orang, melekat pada kehormatan, melekat pada nama baik, melekat pada pengakuan orang lain, bahkan melekat pada kejadian yang enggak enak atau pada orang yang menyakiti sehingga sulit sekali memaafkan dan terlepas dari memori itu.
Sehingga mungkin kita menjadi orang yang pendendam, pembenci, penuh sakit hati, mudah baper, kesulitan untuk menerima, selalu menolak keadaan, iri dan dengki, dan lain sebagainya.
Ya barangkali itu karena kita masih terkotak dalam tempurung, sehingga tidak melihat sisi dunia lain yang maha luas. Hanya fokus pada ego kita sendiri, karena kita menganggap diri kita aktor utamanya di hidup ini.
Saya tahu alam semesta itu luas, tetapi saya tidak benar-benar tahu seluas apa. Hingga pada suatu waktu saya tertarik mempelajari tentang alam semesta.
Kita tinggal di sebuah planet bernama bumi bersama kurang lebih 8 miliar manusia saat ini. Sementara bumi adalah bagian dari planet yang ada di tata surya yang matahari sebagai pusatnya. Matahari disebut juga bintang karena dapat menghasilkan cahaya sendiri melalui reaksi nuklir di bagian intinya. Matahari juga memiliki gaya gravitasi paling tinggi, sehingga membuat planet-planet di sekitarnya mengorbit kepadanya, termasuk bumi.
Apakah bumi satu-satunya bintang di alam semesta? tentu tidak. Tata surya kita, hanya bagian sangat kecil yang bertempat di salah satu tentakel spiral dari galaksi Bima Sakti. Menurut Jos de Bruijne, ilmuwan di Badan Antariksa Eropa (ESA) perkiraan saat ini ada sekitar 100 hingga 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti. Untuk angka pastinya akan sulit sekali di dapatkan. Jika ada 400 miliar bintang, ada berapa triliun planet kira-kira di galaksi kita? Tak terhitung.
Para astronom mengetahui bahwa Bima Sakti adalah galaksi spiral berbatang yang lebarnya sekitar 100.000 tahun cahaya. Jika dilihat dari luar galaksi, Bima Sakti tampak dikelilingi oleh empat lengan spiral. Dua lengan spiral besar dan dua lengan spiral kecil. Lengan utama Bima Sakti dikenal sebagai Perseus dan Sagitarius. Matahari bumi terletak di salah satu dari dua lengan spiral kecil yang disebut Lengan Orion.
Kemudian ada berapa galaksi sendiri ada berapa jumlahnya di alam semesta ini? Dalam laman BBC Science, Selasa, (22/08), mengungkap bahwa terdapat setidaknya 2 triliun galaksi di alam semesta. Itu pun baru yang bisa diiamati. Jumlah perkiraan pastinya berapa? belum dapat diketahui.
Jadi kita itu seberapa besar si, di alam semsesta ini? entah suatu yang tidak dapat disebut saking kecil sekali. Bahkan bakteri di tubuh kita saja mungkin lebih besar ketimbang diri kita di alam semesta. Belum lagi bahwa menurut hasil penelitian terbaru, bahwa alam semesta bukan hanya satu, tetapi banyak juga. Bukan hanya alam yang kita huni ini, dengan langit yang berkelip dengan triliunan bintang saja, etapi ada semesta lain yang tidak dapat dilihat dengan indra. Paralel univers, demikian para peneliti menyebutkannya. Atau alam semesta paralel. Meskipun belum banyak bukti yang konkrit tetapi hipotesa bahwa ada dunia paralel sudah banyak ditemukan.
Dan alam semesta itu terus berkembang, tidak mandek. Jadi setiap waktu terbentuk bintang-bintang baru.
Itu dari segi bentuk. Dari segi umur? manusia juga bukan apa-apanya dibanding alam semesta. Teleskop Ruang Angkasa Planck Badan Antariksa Eropa (ESA) milik NASA memperkirakan usia alam semesta ini adalah 13,82 miliar tahun. Jadi umur kita dibanding umur alam semesta itu tidak ada sepermiliar tahun atau lebih singkat dari itu. Keberadaan kita di semesta ini bagaikan gelembung sabun yang mengudara sepersekian detik lalu lenyap. Kesempatan manusia hidup di dunia saat ini, amat sangat sebentar sekali. Buka tempurung kita, lihatlah kebesaran Allah Tuhan kita semua.
Jika kesadaran ini bisa terpatri dalam kesadaran kita, maka kemelekatan kepada segala hal akan berkurang. Kita akan lebih mudah untuk semeleh dan legowo dalam menjalani hidup. Tidak mempermasalahkan segala sesuatu yang tidak perlu dan lebih fokus untuk bersyukur dan memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Juga memberikan cinta yang tulus pada orang-orang yang dihadirkan dalam hidup kita sebagai pengabdian kita kepada Allah swt.
Seperti kalimat indah yang dilantunkan Rumi, “Dalam hidup yang hanya sepanjang tarikan nafas, jangan tanam apapun kecuali cinta.”