17 Agustus 2020, genap 75 tahun Indonesia merdeka. Meski perayaan kemerdekaan tidak segegap gempita tahun-tahun biasanya, karena kita dalam situasi pandemi, namum suara kemerdekaan tetap mengalun ramai di televisi, di sosial media, di berita-berita dan lain sebagainya. Setiap warga negara Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan caranya masing-masing.
Pertanyaanya adalah, jika Indonesia sebagai negara sudah merdeka selama 75 tahun, apakah kita sendiri sudah menjadi manusia yang merdeka?
Jika Indonesia meproklamirkan kemerdekaan, sebagai bukti sudah tidak terjajah oleh negara lain, maka kemerdekaan kita bisa dibuktikan dari tidak terjajahnya kita oleh orang lain.
Menjadi manusia merdeka, berarti memahami diri sendiri, tahu apa yang diinginkan, tahu apa yang harus dilakukan, dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Dan hasil dari manusia yang merdeka, berarti dia juga memiliki kemampuan untuk memerdekakan orang lain. Membebaskan orang lain, tidak mengontrol, tidak menghakimi, tidak menilai, dan tidak merongrong, apalagi menghujat kemerdekaan orang lain.
Lalu, mari kita tengok diri kita,
Apakah kita sudah paham terhadap diri kita sendiri?
Apakah kita tahu, sebenarnya apa yang kita kehendaki?
Apakah kita tahu, apa yang mau kita lakukan?
Dan apakah kita sudah pertanggungjawab terhadap diri kita sendiri?
Banyak diantara kita, tidak paham apa maunya diri sendiri. Akhirnya terombang-ambing oleh pengaruh dari luar yaitu orang-orang lain. Terlalu mendengarkan orang lain, sehingga tidak paham suara hatinya sendiri. Hingga akhirnya menua dalam keputusasaan, karena tetap tidak tahu apa yang dia kehendaki. Tidak tahu tentang jati dirinya sendiri.
Jika tidak paham tentang dirinya sendiri, maka untuk bertanggungjawab atas dirinya sendiri, hanya akan menjadi khayalan belaka. maka, bisa dipastikan kita belum menjadi manusia yang merdeka.
Dan manusia yang tidak merdeka, akan sangat mungkin menjadi manusia yang dijajah, sekaligus bisa menjadi penjajah bagi manusia lainnya. Contoh, seorang laki-laki kepala keluarga yang tidak merdeka, mungkin dia dijajah oleh bosnya, rekan-rekannya di kantornya. Dan pulang ke rumah dia akan berganti menjadi penjajah untuk istrinya dan anak-anaknya. Ia akan menjajah istrinya dan juga anaknya untuk tidak menjadi orang yang merdeka juga. Dia akan menempatkan istrinya sebagai lahan untuk melampiaskan ketidakmerdekaannya. Mengekang, mengatur, mengontrol, bahkan kalau perlu memarahi, jika istri tidak menurut apa maunya suami itu. Demikian juga ke anaknya, ia akan menjajah anak-anaknya untuk menuruti kemauan-kemauannya. Bukankah kita sering melihat hal ini? dan bukankah ini bisa disebut juga sebagai penjajahan?
Dan bahayanya, hal seperti itu bisa menjadi lingkaran setan yang tidak putus-putus. Anak-anak yang lahir dari keluarga tidak merdeka, dan ia terjajah oleh orangtuanya, akan menjadi penjajah juga di tempat lain. Demikian juga saat anak ini kelak berkeluarga, ia akan mewarisi penjajahan dalam keluarganya. Demikian seteriusnya, jika lingkaran tersebut tidak diputus maka jangan bermimpi menjadi manusia merdeka.
Manusia yang sudah merdeka, ia memiliki jati diri, kuat dalam prinsip, tidak goyah dalam tindakan, karena dia tahu apa yang dia lakukan benar, dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang diambilnya. Jika pun ia harus bergantung, maka ia hanya akan bergantung kepada Allah swt. Pujian ataupun hinaan orang, tidak lagi memengaruhi dirinya, karena ia sadar tentang jati dirinya.
Dan manusia yang sudah merdeka, dia akan memerdekakan orang lain. Dia tidak akan menjadi penjajah bagi orang lain. Terutama bagi orang-orang terdekatnya yaitu keluarganya. Manusia yang merdeka, akan membentuk keluarga yang merdeka, dan akan melahirkan generasi yang merdeka juga. Dan dia juga akan memerdekaan siapa pun untuk merdeka dan berdaya di atas kaki sendiri. Tidak akan menjadi parasit yang merongrong dan menghambat pertumbuhan orang lain.
Maka, perlu kita pertanyakan lagi, apakah kita sendiri sudah menjadi manusia merdeka? atau masih menjadi manusia yang terjajah? Terjajah oleh penilaian orang lain, terjajah oleh prinsip-prinsip orang lain, terjajah oleh omongan orang lain, terjajah oleh harapan kepada orang lain, dan lain sebagainya. Jika masih, berarti kita masih punya pekerjaan rumah, yaitu memerdekakan diri sendiri dari segala macam penjajahan dalam bentuk apa pun.
Tidak perlu jauh-jauh terlebih dahulu memikirkan kemerdekaan bangsa, lihat saja dari hal yang paling dekat. Jika diri sendiri belum merdeka, jangan berharap banyak tentang bangsa ini…
Salam Merdeka !!!