Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Menjadi Saluran Rezeki

Saat kita membelanjakan uang kita, milikilah kesadaran bahwa kita sedang menjadi saluran rezeki untuk orang lain. Jika kita tidak memiliki kesadaran ini, maka ketika membelanjakan uang itu terasa berat. Dan juga sangat egois, karena hanya memikirkan apa yang menjadi kebutuhan kita sendiri. Hal ini tidak salah, namun perluasan kesadaran ini sangat dibutuhkan ketika ingin memiliki kebahagiaan saat membelanjakan uang.
Mungkin kita pernah mengalami bukan, saat belanja terus dalam hati mengaduh. Mengaduh dalam bentuk apapun, baik hanya bersitan di dalam hati belanjanya habis banyak banget, atau mengaduh karena dompet atau rekeningnya berkurang, atau mengaduh karena yang dibeli terlalu mahal menurut ukuran kita saat itu, dan lain sebagainya. Ini adalah bentuk-bentuk membelanjakan uang yang akan mempersempit rezeki. Jadinya, belanja akan membuat duit kita habis beneran. Nyarinya susah, habisnya cepat, begitu biasanya orang-orang mengaduh.
Tetapi, jika kita memiliki kesadaran bahwa saat belanja, adalah jalan bagi kita menjadi penyalur rezeki untuk orang lain, maka meski besar uang yang kita keluarkan hati kita akan bahagia, tidak mengaduh. Dengan kesadaran  inilah justru pengeluaran uang kita untuk belanja, tidak akan mengurangi rezeki kita. Tetapi justru akan melipatgandakannya. Mengapa demikian? Karena saat mengeluarkan uang itu, kita sadar sedang berperan sebagai penyalur rezeki untuk orang lain.
Seperti  weekend kemarin, saya dan suami saya memutuskan liburan di salah satu hotel bintang 5. Secara keuangan, tentu uang yang dibelanjakan lumayan. Karena kami memilih kamar suit, juga menikmati fasilitas berbayar di hotel seperti spa dan romantic dinner. Dan kami menyadari bahwa kami sedang menjalani peran menjadi jalan tersalurnya rezeki bagi semua yang terlibat di dalam proses pelayanan di hotel ini. Bukan hanya pemilik hotel yang mendapat rezeki, tetapi seluruh karyawannya, sampai ke tukang kebun, tukang kolam, supir, tukang bersih-bersih dan lain sebagainya. Saat kesadaran ini dibangun, maka kita tidak akan eman-eman membelanjakan rezeki kita, karena di dalam rezeki kita ada jatah rezeki untuk orang lain.
Dan hal ini juga sebagai perlambang adanya hubungan mutualisme antara yang membelanjakan uangnya dengan yang menerima. Karena mereka yang menerima rezeki dari kita, pastinya telah berupaya memberikan jasa dan produk beserta pelayanan terbaik untuk kita. Jadi, kita tidak merasa rugi juga karena kita juga mendapatkan produk atau jasa yang setimpal dengan harganya. Inilah hubungan mutualisme, yang saling menguntungkan.
Lalu misalnya jika saya tidak menginap di hotel itu, apakah hotel itu akan kekurangan rezeki? Tentu tidak. Karena akan ada orang-orang lain yang akan membelanjakan uangnya di sana. Rezeki tidak akan tertukar.
Yang membuat rezeki seret, terkadang justru karena kita terlalu eman dengan uang, dan meng-hold-nya terlalu kencang. Dan saat akhirnya terpaksa membelanjakan uang pun, yang ada mengaduh. Sehingga mengeluarkan uang dengan hati menggerutu. Inilah yang menyebabkan rezeki jadi sulit menghapiri, karena hati kita sendiri yang terlalu melekat pada uang.
Padahal yang namanya rezeki yang baik itu seperti aliran air. Ada yang masuk, dan ada yang ke luar. Dan semua itulah yang akan menggerakkan perekonomian. Jika semua orang menyimpan uangnya, maka justru perputaran ekonomi akan macet.
Maka, jika aliran air rezeki kita mau terus mengalir, jadilah aliran rezeki untuk orang lain. Karena inilah salah satu cara, kita menjadi magnet rezeki.
Foto doc.pribadi
Menjadi Saluran Rezeki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas