Merdeka Belajar

Hari ini saya mengikuti Lead Young Online Summit yang diselenggarakan oleh Ashoka Indonesia. Alhamdulilah menambah semangat untuk berkarya apa saja yang sekiranya bermanfaat untuk diri saya sendiri dan juga orang lain. Jika para anak-anak muda saja semangat, masak kita yang sudah umur kepala 3 malah melempem…hehehe

Belajar dari para anak-anak muda yang mereka sudah bisa mengenali potensi mereka sendiri sedari dini. Kemudian melihat dan mengamati permasalahan apa yang ada di sekitar lingkungan mereka. Lalu mereka segera mengambil aksi nyata sebagai problem solving yang membuat permasalahan di lingkungannya teratasi dengan gerakan mereka. Hal ini yang membuat anak-anak muda ini terpilih menjadi young change maker oleh Ashoka Indonesia. Yaitu sebuah NGO yang bergerak untuk me-support  para social entrepreneurs.

Ada Rere dari kota Magelang dengan project-nya Rumah Baca Mc.Ganz. Illa dengan project-nya mari mengenal dunia, Anugreh dari India founder of Hybrid idea, Lita dari Jogja pendiri Main bareng project, Angela founder dare to lead, dan beberapa anak muda lainnya, yang semuanya keren-keren. Satu kata yang saya ucapkan untuk mereka, “Hebat”. Umur mereka di bawah 20 tahun. Antara 13-16 tahun kalau tidak keliru. Dan mereka memulai semua ini sejak mereka masih sangat muda, mungkin kisaran umur sekolah dasar.

Meski masih muda, mereka mampu mengidentifikasi skill-nya apa, lalu bisa melihat bagaimana mengembangkan potensinya itu sebagai solusi untuk permasalahan di lingkungan mereka. Dan mereka langsung berkarya nyata dengan membuat aksi nyata. Dan aksinya itu, semakin hari semakin meluas dampak manfaatnya karena komitmen dan konsistensi mereka yang besar, dan tidak kalah oleh lelah.

Dari anak-anak muda ini, saya banyak refleksi diri. Mereka menjadi contoh bahwa ada lho anak muda yang memiliki kemauan kuat, kemandirian yang teguh, komitmen yang tinggi, untuk melakukan perubahan yang baik dari lingkungan terdekat mereka dengan dimulai dari hal yang kecil. Dimana, saat ini mungkin kebanyakan anak muda masih hidup dalam zona nyaman dibawah keberlimpahan materi dari orangtuanya, atau masih banyak yang menggunakan waktunya hanya sekdar untuk bersenang-senang sendiri, dan lain-lain. Namun, anak-anak muda ini sudah berpikir jauh ke depan, peduli pada sekitar, dan memiliki visi hidup yang mulia.

Semua itu tidak akan terwujud jika anak-anak muda tersebut, sedari kecil tidak memiliki kemerdekaan dalam belajar. Merdeka dalam belajar, artinya mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang mereka suka, dan memiliki minat besar di situ, lalu mereka bisa menggali potensinya itu, dengan belajar sesuai tujuan. Kemandirian dalam belajar ini, tentunya didukung oleh supportsystem yang paling terdekat yaitu keluarga mereka.

Inilah pentingnya, kita sebagai orangtua, memberikan ruang seluas-luasnya untuk anak-anak memiliki kemandirian dalam belajar. Dan ternyata, merdeka belajar ini tidak akan bisa kita terapkan kepada anak-anak kita, jika kita orangtuanya tidak sadar dan tidak paham juga apa itu merdeka belajar. Nah, agar menjadi paham, tentunya kita sebagai orangtua terlebih dahulu yang menerapkan sistem merdeka belajar ini kepada diri sendiri. Karena pembelajaran itu seumur hidup, bukan hanya saat belajar di sekolah saja. Justru belajar di luar meja sekolah inilah yang paling utama, yaitu belajar di universitas kehidupan.

Lalu bagaimana menerapkan merdeka belajar ini?

Kita bisa memulainya dengan mengidentifikasi apa kebutuhan kita saat ini. Setelah kita tahu kebutuhan kita apa, kita tentukan akan belajar apa saja untuk memenuhi kebutuhan kita itu. Lalu tentukan tujuan kita apa, dengan mempelajari hal itu. Kemudian kita tentukan mau mempelajari ilmu yang sudah kita tentukan dengan cara apa yang paling nyaman untuk kita? misalnya dengan membaca buku, atau ikut kursus, atau ikut workshop, atau dengan praktek langsung, atau dengan media online, dan lain sebagainya. Dengan kita tahu mana yang membuat kita nyaman, akan menjadikan proses pembelajaran kita lebih efektif. Dan ini disebut sebagai merdeka dalam cara belajar.

Kemudian, setelah kita melakukan semua hal di atas, kita perlu melakukan refleksi. Yaitu mengevaluasi diri, apakah pembelajaran kita efektif, apakah sesuai dengan tujuan, apakah ada kemajuan, dan lain sebagainya. Dengan refleksi ini, kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan, sehingga pembelajaran berikutnya akan lebih baik dan lebih menyenangkan.

Tahapan merdeka belajar:

  1. Identifikasi kebutuhan
  2. Komitmen pada tujuan
  3. Mandiri pada cara
  4. Refleksi diri

Diharapkan dengan merdeka belajar ini, kita maupun anak-anak kita, atau bahkan orang-orang yang lebih tua dari kita, memiliki kesempatan untuk belajar setiap saat. Dan memiliki ruang untuk mengekspresikan hasil belajarnya sebagai bagian dari menjalani peran yang positif selagi hidup di dunia ini. Minimal untuk keluarganya sendiri, syukur-syukur bisa memberikan dampak positif untuk orang banyak.

Tujuan pendidikan itu, agar siap untuk hidup. Termasuk di dalamnya melihat potensi diri dan siap beraksi menjadi bagian dari lingkungan, bagian dari warga negara, dan bagian dari dunia. Dengan terus memperbesar laku baik, sebagai sumber energi kita. Demikian kata Najeela Sihab, founder semua murid semua guru.

Karena, “Everyone is changemaker

Semoga catatan ini menjadi pengingat, untuk selalu semangat dalam belajar, bertumbuh, berbagi dan berdampak.

25 Juli 2020

LY Summit

Merdeka Belajar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas