Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Naturalnya Manusia itu Bergerak

Gara-gara ada pengetahuan, bahwa rezeki bisa datang sendiri, tidak usah dikejar-kejar, maka banyak orang maunya diam, dan tidak berbuat apa-apa. Karena yakin Tuhan akan mencukupi segala kebutuhan, tanpa kita harus berusaha. Di satu sisi memang benar, Tuhan akan mencukupi kebutuhan manusia, sebagaimana kita dulu di dalam rahim ibu, semua tercukupi. Karena ibu yang memberikan asupan nutrisi untuk kita calon-calon manusia. Namun jika akhirnya menjadi fatalis atau dalam artian mematikan kreativitas, dan tidak ada kemauan berusaha, maka barangkali perlu dikoreksi lagi.

Alaminya makhluk itu bergerak. Sebagaimana bulan yang berputar mengelilingi bumi, bumi berputar pada porosnya dan juga mengelilingi matahari, demikian pula matahari dan bintang-bintang semua bergerak pada porosnya. Tumbuhan juga senantiasa bergerak dalam tumbuhnya daun, bunga dan buah. Hewan juga senantiasa bergerak mencari penghidupan setiap hari, karena ia tidak bisa menabung untuk esok hari, jadi setiap hari selalu bergerak. Begitu itu menunjukkan, naturalnya makhluk adalah bergerak. Apalagi manusia sebagai makhluk yang diberi akal pikiran, tentunya untuk berkreasi dan mencipta. Karena makhluk-makhluk lain di bumi ini tidak bisa menjadi co-creator Tuhan, maka manusialah yang ditugasi.

Bergerak bukan karena ketakutan Tuhan tidak mencukupkan rezeki, bergerak bukan karena menuruti hawa nafsunya sendiri, tetapi bergerak mengikuti nurani dan mengikuti alamiahnya manusia untuk bergerak. Mereka yang kita sangka leha-leha, tidak ngapa-ngapain tapi banyak rezeki, jangan salah duga. Justru merekalah yang besar tanggungjawabnya, memikirkan banyak orang. Iya, sepertinya tidak bekerja mencari rezeki, tetapi mereka terus bergerak menjalankan tugasnya, dan rezeki benar-benar Tuhan yang mencukupi. Tapi mereka tidak diam saja, leha-leha. Bahkan ada yang kuat bangun malam, kuat tidak makan, kuat pikirannya terforsir untuk memberi kemanfaatan untuk banyak orang dan lain-lain.

Jika kita diam, maka sebenarnya kita sedang mematikan diri kita sendiri. Sebagaimana Leonardo Davinci berkata, Sekuat-kuatnya besi, jika tidak digunakan ia akan berkarat. Dan perlu disadari juga, bergerak bukan selalu berarti melakukan hal-hal besar. Tetapi hal-hal kecil yang dilakukan dengan suka cita dan kesadaran, itu hal pertama yang perlu dilatih. Karena tidak akan bisa melakukan hal besar dengan kebahagiaan, jika hal kecil yang ada disekitar kita setiap hari saja tidak membahagiakan kita.

Bagi seorang wanita, menyiapkan makanan untuk keluarga dengan sepenuh suka cita, merawat anak-anak dengan kasih sayang, merawat rumah dengan penuh syukur, itu bentuk-bentuk bergerak yang alamiah yang sederhana namun besar maknanya. Seperti pernah saya tulis bahwa, cita-cita atau impian kita kadang terwujudnya tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan yang kita lakukan. Meski hanya menyapu rumah, jika terbersit niat ingin bisa punya mobil, insyaAllah itu bisa terwujud, niatkan sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan. Namun, kadangkala pikiran kita sendiri yang menyabotasenya. Bobot timbangan pekerjaan kita bukan tergantung penampakan luar, tapi dari kesungguhan niat di dalamnya.

Bagi seorang pria, sekedar membahagiakan istri dengan jalan-jalan ke alun-alun misalnya, membahagiakan anak dengan menemaninya bermain, membantu pekerjaan rumah tangga, itu adalah hal-hal sederhana yang seringkali disepelekan, karena beranggapan bahwa seorang pria tugasnya hanya bekerja mencari uang. Kadang dari hal-hal sederhana seperti ini, justru job-job besar berdatangan tanpa diduga. Ide-ide kreatif bermunculan untuk dieksekusi, yang akhirnya menghasilkan banyak meteri. Inilah barangkali disebut rezeki yang pada akhirnya mendekat sendiri, tetapi dia bukan nggak ngapa-ngapain, dia terus bergerak melakukan hal-hal yang membahagiakan dirinya, keluarganya dan orang-orang di sekelilingnya yang membutuhkan bantuan.

Dan pada akhirnya jika kita terlalu banyak leha-leha, akan berujung pada kejenuhan juga. istilah dalam bahasa jawa gaulnya yaitu judeg, hehehe. Suasana hati yang bosan dan buntu, tidak terjelaskan. Ya, karena alamiahnya manusia memang bergerak, jika diam terlalu lama maka dia akan merasakan ketidaknormalan dalam hidupnya.

Jika tubuh sedang ingin istirahat, ya istirahatlah sejenak. Karena hidup ini memang paradoks, ada saatnya bergerak ada juga saatnya juga diam. Kami biasa menyebutnya sebagai jeda. Jeda itu terjadi diantara aktivitas-aktivitas. Jika aktivitasnya jeda(kebanyakan diam), maka jeda tidak bisa disebut lagi sebagai jeda. Justru jedanya malah dengan beraktivitas, karena saking lamanya jeda :D. Jadi disebut jeda, karena ia sebagai waktu diam sejenak, diantara pergerakan-pergerakan. Dan tidur merupakan waktu jeda yang efektif.

Nah, untuk membuat mau beregerak dengan sadar dan utuh itu memang perlu pemahaman. Di sinilah ilmu menjadi penting, untuk membangunkan kesadaran kita. Dan kalau sudah paham, menghilangkan rasa malas menjadi tantangannya. Karena orang-orang modern saat ini sepertinya tengah terjangkiti virus rebahan, jadi musti dipaksa terlebih dahulu. Mudah-mudahan setelah dipaksa, lama-lama akan menjadi biasa.

Selamat bergerak….sehat jiwa raga….bahagia penuh dan utuh 🙂

 

#Catatan pengingat diri

 

Naturalnya Manusia itu Bergerak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas