Sesuatu yang sangat melukai dan bahkan menjadi penderitaan itu sebabnya karena sesuatu itu ditolak oleh diri sendiri. Kegelisahan dan penderitaan batin selalu diawali dari penolakan. Penolakan terjadi karena yang menjadi kenyataan tidak sesuai dengan harapan atau yang diinginkan.
Mungkin menjadi sifatnya manusia, bahwa selalu berharap keingannya terwujud. Namun pada kenyataannya, tidak semua keinginan terwujud saat itu juga. Ada yang ditunda beberapa saat, ada yang menunggu bertahun-tahun, baru akhirnya terwujud. Ada yang sepanjang hidupnya tidak terwujud sama sekali. Nah, keadaan dimana yang menjadi kenyataan tidak sesuai dengan yang diingankan inilah yang seringkali ditolak dan menimbulkan penderitaan.
Penolakan itu ibarat plester yang sangat merekat erat di kulit kita, lalu kita paksa plester itu dicerabut karena kita tidak suka ada plester di tubuh kita. Maka yang terjadi adalah rasa sakit yang luar biasa. Seperti itulah gambaran penolakan. Penolakan akan menimbulkan rasa sakit.
Kenapa kita menolak sesuatu yang tidak kita harapkan? barangkali karena kita merasa hal itu tidak sesuai dengan keinginan kita, hal itu tidak baik untuk kita, dan kita berpikir rencana kitalah yang terbaik. Maka kejadian yang tidak sesuai, akan kita tolak. Nah, padahal kita sebagai manusia sangat minim sekali dalam memandang dan memahami sesuatu, bahkan mata kita hanya bisa melihat spektrum cahaya yang sangat kecil, dari luasnya sprektum cahaya yang senyatanya ada. Demikian juga dengan telinga kita, hanya bisa mendengar sebuah frekuensi suara yang sangat kecil, dibanding frekuensi suara yang ada di alam ini yang sangat besar range-nya. Apalagi pikiran kita, jelas hanya mampu berpikir untuk hal yang sangat kecil, kita tidak mampu untuk memikirkan semua hal yang ada di dunia ini.
Dari situ, kita diajak berpikir, barangkali apa yang kita kira buruk bagi kita saat ini, ternyata itu baik buat kita di waktu yang akan datang, dan sebaliknya. Bukankah kita sering mendengar bahwa hal-hal buruk yang pernah terjadi pada seseorang di suatu masa, pada akhirnya menjadi berkah bagi mereka? Karena dari hal buruk itu mereka mengambil hikmah dan membuat suatu perubahan dalam hidupnya, yang akhirnya mereka bisa menjadi seperti saat ini. Inilah yang disebut bahwa pandangan kita sangat terbatas. Kita hanya tahu waktu dan kondisi saat ini. Kita hanya bisa memandang dari satu dimensi ruang waktu. Sementara Allah Tuhan kita, Dia mengetahui dari seluruh dimensi melampaui ruang waktu yang bisa kita pahami. Jika kita paham ini, maka kita tidak akan “memaksa” harapan dan keinginan kita terwujud saat ini. Karena kita paham, bisa jadi hal tersebut belum baik untuk kita sekarang.
Dengan pemahaman tersebut, mudah-mudahan penolakan yang membuat hidup kita menderita tidak terjadi lagi. Karena kita bisa menerima apa pun yang terjadi saat ini, sebagai taqdir yang terbaik yang diberikan Allah swt. Jika penolakan akan membuat kita sakit, maka yang membuat kita tidak sakit adalah menerimanya. Meskipun menerima juga tidaklah semudah membalik telapak tangan, namun seiring pemahaman kita, mudah-mudahan Allah karuniakan hati kita dengan hati yang mudah menerima.
Karena penerimaan kita atas keputusan-Nya, menunjukkan penerimaan-Nya atas diri kita.
Wallahu’alam bishshowab