Belajar dari ibu guru kembar di Konferensi Perempuan Indonesia, yaitu ibu Sri Irianingsih dan Ibu Sri Rossyati, sangat menggugah sanubari. Bagaimana tidak? di usia beliau-beliau yang tidak lagi muda, bisa dibilang sudah nenek-nenek, tetapi semangat untuk berbagi, berbuat kebaikan untuk sesama, memberi kebermanfaatan selagi hidup di dunia, sangat besar. Usia beliau sudah lebih dari 70 tahun, dan masih semangat mengajar bahkan sejak dari muda dulu.
Ibu Sri Irianingsih dan ibu Sri Rossyati merupakan saudara kembar dari sembilan bersaudara, yang memiliki passion di bidang pendidikan. Mereka lebih dikenal sebagai ibu guru kembar.
Kiprahnya dalam memajukan pendidikan di Indonesia, sudah puluhan tahun. Mereka mendirikan Sekolah Darurat Kartini (SDK) yang hingga saat ini sudah berusia 33 tahun. SDK berada di bawah kolong jembatan Priok-Jakarta Utara, yang diperuntukkan bagi anak-anak marginal yang tidak mampu mengenyam pendidikan di bilangan Jakarta Utara. Ibu guru kembar yang mengajarkan langsung kepada mereka. Selain gratis, anak-anak juga diberikan seragam, peralatan belajar secara gratis. Hingga ujian-ujian sertifikasi keterampilan dan juga ujian paket A, B, C juga gratis. Ibu guru kembar memakai dana pribadi untuk membantu anak-anak marginal itu.
Ternyata kecintaan mengajar itu terinspirasi dari ibu beliau, yang juga seorang pengajar dulunya. Sebagai seorang pengajar, ibu beliau mengjarkan banyak hal. Dari kemampuan baca tulis hitung, keterampilan rumah tangga, adab, moral, akhlak dan lain sebagainya, yang mengakar dalam hati ibu guru kembar. Ayah ibu guru kembar yang saat itu pekerjaannya di kantor KAI, tetapi sepulang kerja ayahnya juga mengajar baca tulis hitung untuk anak-anak di sekitar rumah mereka. Ayahnya juga sering mengajak ibu guru kembar untuk berbagi beras di sepanjang rel kereta api. Semua teladan dari ayah dan ibu dari ibu guru kembar itulah yang mengalir dalam darah perjuangan ibu guru kembar.
Ibu guru kembar mengikuti naluri dari orang tuanya, untuk berbagi di mana pun berada. Seperti saat ibu Rossy mengikuti tugas suami ke pedalaman Kalimantan, ia di sana memulai membuat sekolah untuk anak-anak pedalaman. Demikian pun ibu Rian ketika mengikuti suami tugas di Lombok, ia pun mendirikan sekolah untuk anak-anak pedalaman di sana. Jadi di mana pun ibu guru kembar ini tinggal, semangat mengajar dan mendidik mereka selalu disalurkan dan tentunya banyak yang merasakan manfaatnya.
Hingga akhirnya mereka tinggal di Jakarta, jadilah mereka berdua mendirikan sekolah bersama, Sekolah Darurat Kartini. Di sekolah ini, bukan hanya calistung yang diajarkan, tetapi juga keterampilan. Dari bengkel, menginstal listrik, ganti oli, menjahit, memasak, membatik, potong rambut, merangkai bunga, memasak dan lain-lain. Lulusan dari didikan ibu guru kembar sudah banyak yang berhasil meniti karir dan pekerjaan yang mapan.
Menurut ibu guru kembar, keberhasilan anak dalam belajar yang nantinya menjadi bekal untuk hidup selanjutnya, adalah:
- Disiplin
- Mau belajar keterampilan apapun
- Memiliki moral yang baik
- Senang berbagi
- Rajin
- Jujur
- Memiliki attitude yang baik
- Ikhlas
Kenapa ibu guru kembar memiliki semangat yang begitu besar untuk berbagi di bidang pendidikan? ternyata jawabannya karena semua orang di Indonesia harus mendapatkan pendidikan. Karena itu modal untuk menjadi manusia yang berbudi. Tetapi kondisi Indonesia belum memungkinkan semua anak mendapatkan hak mengenyam pendidikan yang layak. Oleh karena itulah ibu guru kembar selalu tergerak untuk mengajar dan mendidik anak-anak yang kondisi keluarganya berada di tataran ekonomi bawah.
Ibu guru kembar juga memiliki prinsip bahwa seorang ibu memiliki peran yang penting dalam keluarga. Karena ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas.
Banyak tantangan yang dihadapi ibu guru kembar dalam menjalankan pengabdian hidupnya menjadi guru bagi anak-anak marginal. Mulai dari sekolahnya kena gusur, banyak ditipu oleh orang-orang yang katanya mau ikut membantu dan lain-lain. Tetapi tantangan paling berat bagi ibu guru kembar justru, saat anak didiknya tidak lulus ujian. Tetapi itu membuat mereka tergerak lebih banyak belajar lagi, agar pengajarannya bisa dipahami anak-anak. Wah, hebat yah.
Tantangan berat lainnya, di zaman sekarang anak-anak ketagihan main HP. Kadang mereka tidak konsentrasi belajar karena mainan HP. “Penjajahnya sekarang adalah teknologi”, kata ibu guru kembar. Kalau dulu banyak lulusan didikannya yang berhasil. Jika sekarang sedikit susah dan berat.
Penghargaan yang sudah diterima ibu guru kembar banyak sekali. Dari zaman presiden Soeharto sampai saat ini. Di antaranya:
- Ikon Pancasila tahun 2019 sebagai pejuang pengentas kebodohan dan kemiskinan kelompok marginal.
- Duta perdamaian kementrian sosial, melaksanakan program-program perdamaian daerah konflik dalam dan luar negeri.
Pesan dari ibu guru kembar, “Jika tidak berbagi, hidup di dunia ini akan rugi.”
Ditulis oleh Zakiyah Darojah