Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Perempuan (Istri) Booster Spirit Keluarga

Nasihat dari almarhumah ibu Hj. Noor Khotidjah Chasbullah,  yaitu “tirakatmu menentukan masa depan suamimu”, membuat saya merenung jauh.

Tirakat…ya, satu kata yang bagi kami orang jawa sudah sangat familiar. Sejak kecil dulu, orangtua sudah menasehati untuk rajin tirakat jika mau sekolahnya lancar dan mudah dalam menuntut ilmu. Biasanya disuruh puasa senin kamis, atau mendirikan sholat malam.

Lalu setelah menikah, ternyata tirakat juga belum berhenti. Malah dari ibu Hj. Noor Khatidjah di atas, menasehati kaum perempuan untuk tirakat. Karena bisa menjadi pelancar nasib suaminya. Dan pastinya juga anak-anaknya.

Tidak dipungkiri, orang-orang yang sukses atau yang memiliki peran besar dalam masyarakat yang luas, biasanya memang istrinya atau ibunya, rajin tirakat. Istri atau ibu yang tirakat, berdasarkan fakta-fakta di lapangan memang suami atau anak-anaknya lancar penghidupannya bahkan meninggalkan kemanfaatan yang banyak bagi orang-orang pada zamannya, ataupun sesudahnya. Jasanya terkenang sepanjang masa.

Lalu, apa si sebenarnya tirakat itu? dan kenapa yang ditonjolkan justru perempuan? (istri atau ibu?). Berikut beberapa analisa saya, mengapa tirakat bagi perempuan itu penting 🙂

Tirakat sendiri, maksudnya apa si?

Kalau menurut kamus besar bahasa Indonesia, tirakat artinya, menahan hawa nafsu. Kalau dalam istilah jawa, yang saya fahami, tirakat itu memprihatinkan diri secara disengaja. Misal dengan puasa, bangun malam untuk beribadah, mengasingkan diri, dan lain lain. Kita bisa membeli dan memakan apa saja, namun kita memilih puasa dan makan sederhana saja, itu namanya tirakat. Kita suka tidur semalaman, namun kita memilih untuk melawan kantuk dan bangun beribadah, itu disebut tirakat. Kita suka bertemu orang-orang, bercengkrama dan menggosip barangkali, namun kita memilih mengasingkan diri, menyendiri dalam sepi, itu juga tirakat. Jadi, tirakat itu sengaja melakukan perbuatan untuk mengendalikan hawa nafsu kita.

Namun, jika kita dalam kehidupan sehari-hari juga berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu, saya kira itu juga bisa disebut sebagai laku tirakat. Misalnya melayani suami dengan suka cita, meskipun suami menjengkelkan mungkin, namun sebisa mungkin bisa menerima dan bersabar menghadapinya. Mendidik anak dengan kesabaran, meskipun anak-anak mungkin kadang terlalu aktif, banyak keinginan, mudah menangis dan lain-lain, namun tetap sabar dan tidak menjadikan ia marah, dan mengeluarkan kata-kata kasar dan bernada tinggi, itu  juga bisa disebut tirakat. Menghadapi gunjingan tetangga, tetap sabar, tidak balas dendam dan sakit hati, itu juga tirakat. Kekurangan dalam segi ekonomi, tapi tetap bisa bersyukur dan tidak mengeluh, itu juga tirakat. Berlimpah dalam rezeki, tetapi hidup tidak berfoya-foya, dan banyak sedekah, itu juga tirakat. Dan lain sebagainya. Demikian laku tirakat dalam pemahaman saya.

Kenapa tirakat sangat diutamakan? ya, karena dengan tirakat otomatis kita dilatih mengendalikan hawa nafsu kita, alias ego kita. Jika ego kita mengecil, maka spirit kita yang membesar. Saat spiritual kita membesar, maka cahaya Ilahi mudah kita serap. Dari sinilah, jadinya kita memiliki energi spirit yang besar pula. Dan hal ini bisa menjadikan doa-doa dan harapan baik kita mudah terkabul. Karena di sana bukan nafsu yang diunggulkan, namun keberserahan diri. Berserah diri kepada ridho Ilahi. Dan saat kita berserah, Tuhan sendiri yang akan memberikan hal-hal yang terbaik untuk kita.

Kenapa perempuan?

Nah,  apakah tirakat hanya dilakukan perempuan? tentu saja tidak. Laki-laki yang mau menjalankan tirakat, juga akan sangat besar efeknya dalam kehidupannya. Lihat saja para pejuang dahulu kala, para pahlawan tanpa tanda jasa, pasti mereka memiliki tirakat tertentu.

Tapi kenapa perempuan sangat dianjurkan untuk tirakat? ternyata perempuan adalah booster energi keluarga. Jika suami adalah kepala keluarga, istri adalah tiang keluarga. Secara lahiriah (materi) barangkali suami atau bapak menjadi sumber pencari nafkah utama keluarga. Namun secara batiniah (ruhani) istri atau ibu adalah sumber spirit dalam keluarga. Mungkin bisa dicek di sekeliling anda, rumah tangga yang harmonis, yang lancar penghidupan suami dan anak-anaknya, dilihat istri atau ibunya seperti apa? dan juga sebaliknya, misalnya anak-anak bermasalah, suami banyak membuat masalah, dicek juga istrinya seperti apa? karena saya tidak mau menghakimi orang, maka anda bisa cross check sendiri benar atau tidaknya.

Nah, karena istri atau ibu ini sumber energi spirit keluarga, maka tidak heran jika kualitas spirit perempuan ini sangat menentukan bagaimana keluarganya. Jika perempuan ini tiangnya keluarga, maka jika ia rapuh, rapuhlah keluarganya. Sebaliknya jika ia kuat, maka kuat juga keluarganya. Dan tentunya, jika perempuan ini sebagai tiang keluarga, maka dalam skala yang lebih besar, misalnya masyarakat dan bangsa, berarti perempuan dalam meneguhkan spiritnya itu menjadi tonggak utama kekuatan bangsa.

Jadi, jika ada pertanyaan kok musti perempuan si yang tirakat? ya jawabannya karena perempuan itu istimeawa. Ia menjadi booster energi keluarga. Jika ia baik, insyaAllah keluarganya juga baik. Laki-laki atau suami, dan seluruh keluarga akan terciprati energi dari spirit perempuan. Baik dari ibu, ataupun istrinya. Apalagi sosok ibu ini, diibaratkan lebih baik dari 70 wali. Maka, kualitas dirinya akan sangat mempengaruhi kualitas anak-anaknya. Dan tentunya keluarga keluarga yang kuat, akan melahirkan pemimpin pemimpin yang kuat juga. Sehingga akan tercipta bangsa yang kuat juga.

Semoga kita para perempuan, diteguhkan niatnya untuk menguatkan spirit kita. Demi diri kita, suami kita, keluarga kita dan anak keturunan kita. Jika mereka baik, pada akhirnya kita jua lah yang bahagia. Di dunia ini, hingga alam sesudahnya.

Wallahu’alam bishshowab

Perempuan (Istri) Booster Spirit Keluarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas