Menu Pilihan

Zakiyah Darojah

Love, Joy, Peace & Blessed

Spiritual Salah Kaprah

Dunia memang semakin canggih dengan penemuan-penemuan yang terus tiada henti.

Dari kemajuan teknologi, kemajuan di berbagai disiplin Ilmu,  teori-teori termodern yang melejit cepat, pemikiran-pemikiran baru yang progresif, serta temuan-temuan science yang menakjubkan. Tak ketinggalan pula dengan dogma-dogma yang tampak begitu bersinar mengenai spiritualitas.

Di tengah modernisasi, ilmu-ilmu yang dipandang amazing, berbobot, langka, kualitas tinggi dan popular, laris manis di pasaran dan diimani oleh para penggemarnya sebagai penemuan yang tak ternilai harganya. Pengetahuan baru yang mampu mengubah kehidupan, dan memberikan pencerahan serta menciptakan keyakinan-keyakinan baru tentunya.

Mungkin itu benar adanya, karena kita memang dituntut untuk terus menggali ilmu. Namun ada yang musti disadari, yaitu filter diri yang seharusnya ikut mengiringi perjalanan kita dalam petualangan mencari kebenaran. Kontrol diri terletak pada iman, agar ilmu yang mengendap dalam pikiran dan keyakinan kita adalah sesuatu yang tidak melenceng dari tuntunan-Nya.

Karena sejatinya dalam setiap langkah kita, setan selalu berusaha merusak diri kita agar terjerumus ke jalannya, dengan bisikan-bisikan yang sangat halus. Dengan bisikan-bisikan yang tampak begitu apik dan menggiurkan, melalui hati yang sulit dideteksi dan pikiran yang tak kasat mata. Termasuk dengan ilmu-ilmu yang tanpa kita sadari mungkin bisa merubah keyakinan dan pola pikir yang tidak sesuai dengan tuntunan-Nya. Karena setan tahu, inilah cara teristimewa untuk menggilas anda kaum intelektual yang cerdas. Bisikan-bisikan ini tentunya bisa juga datang dari sesama manusia atau dari dalam diri sendiri.

Seperti kisah Nabi Adam AS, saat Ia berada di surga. Ketika Allah menyerukan padanya:

“Wahai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini dan makanlah makanan yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati pohon ini (Khuldi) yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”(Al Baqoroh: 35).

Namun setan dengan kecerdikannya dan dengan bahasa logikanya yang sangat indah membuat Adam dan Hawa tergoda,

“Adam, ketahuilah! jika kamu memakan buah itu, sesungguhnya kamu akan KEKAL di dalam SURGA. Itulah kenapa Allah melarang kamu memakan buah itu.” kata setan.

Adam dan Hawa pun tercengang dengan berita (ilmu) itu, mereka pun akhirnya memakannya tanpa ingat akan perintah Allah. Bahasa yang menggiurkan bukan? karena siapa yang tidak mau kekal di dalam surga? Itulah kelicikan setan.

Begitu pula saat ini.

Setan tidak akan kehabisan cara untuk mencari celah menyesatkan manusia. Menyusup dalam bentuk  bahasa intelektual yang tinggi dan seolah membawa pada tingkat spriritualitas yang tinggi pula, seolah benar-benar akan membawa kita kepada Keagungan-Nya namun tanpa kita tahu, justru di dalamnya terdapat kesyirikan.

Sebaik-baik tempat kembali dalam mempelajari ilmu adalah Alquranul kariiim, “Laa roiba fiihi”: tidak ada keraguan didalamnya (Al Baqoroh:2). Jika selama ini kita bangga telah banyak mempelajari berbagai macam ilmu dan teori modern, sudah seberapa banyakkah kita mempelajari Al-quran?…….Khoirukum man ta’allamal Qur’an w’allamahu: Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.

Kita sering tercengang dan kagum dengan bahasa manusia yang sangat scientis, spiritual, berkualitas dan modern. Seakan-akan mendobrak tradisi dan keyakinan yang kuno dan ketinggalan zaman. Namun kita sering lupa sesungguhnya kitab Allah lebih mengagumkan dari itu semua. Mengambil ilmu dari dalil naqli dan juga menggali ilmu-ilmu aqli tentu sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keseimbangan. Tokoh-tokoh muslim zaman dahulu seperti Al-Farabi ahli Filsafat, Ibnu Sina ahli kedokteran, Al-khawarizmi tokoh Science adalah contoh kecil ilmuwan muslim namun mereka teguh dan tunduk dalam iman.

Satu hal yang bisa dijadikan sebagai indikator, ketika kita mempelajari sesuatu, itu semakin mendekatkan kita pada Allah (bukan hanya perasaan lebih dekat pada Allah, namun dibuktikan dengan amalan) atau sebaliknya, membuat kita semakin jauh dari-Nya? mari kita renungkan sendiri-sendiri, barangkali kita perlu berbalik arah, dan menemukan jalan yang lurus.

Semoga kita selalu diberi petunjuk untuk menemukan kebenaran, bukan pembenaran.

Wallaohu ‘alam bissowab………..

 

Spiritual Salah Kaprah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas