Minggu ini kami para mahasiswa di kampus Ibu Pembaharau mendapat tugas untuk me-review jurnal salah satu teman di kelas Bunda Saliha. Alhamdulillah saya mendapatkan pasangan buddy bunda keren dari Garut, yaitu mbak Maharani Purnamasari.
Mbak Rani panggilan dari mbak Maharani, menuliskan jurnal identifikasi masalahnya dengan sangat komplit. Dari masalah pribadi, masalah keluarga, juga masalah pekerjaan atau lingkungan di mana beliau mengemban peran. Saya rasa ini sudah sangat baik, mbak Rani berani menggali apa yang selama ini menjadi tantangan hidupnya. Dan dari jurnalnya, bisa dilihat bahwa mbak Rani orang yang sangat aktif berperan baik untuk keluarga maupun lingkungannya.
Dan dari segenap permasalahan yang sudah diidentifikasi mba Rani, satu permasalahan yang ingin beliau selesaikan adalah masalah dalam pekerjaan atau lingkungannya. Yaitu bagaimana di musim pandemi ini, anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang optimal menurut beliau. Sehingga seakan-akan masa pandemi ini menyebabkan hilangnya generasi pembelajar.
Selain anak-anak yang tidak optimal belajarnya karena bosan dengan metode daring, anak-anak juga malah semakin kecanduan gadget. Otomatis orangtua semakin kewalahan, para guru pun kebingungan. Ini yang menggelisahkan bagi mbak Rani, karena generasi muda menjadi tidak semangat belajar, juga menjadikan mereka minim adab dan juga malas bergerak.
Sebagai seorang guru dan orangtua, sangat wajar bagi mbak Rani merasakan pikirannya terkuras, sehingga menjadikan hal ini problem utama yang ingin beliau cari solusinya.
Saya sebagai buddy-nya mba Rani, mencoba memberikan sudut pandang atas apa yang menjadi kegelisahan mba Rani.
Pertama, menurut saya, kita tidak akan mampu merasakan ketenangan dan mampu menyelesaikan banyaknya amanah di luar diri kita, sebelum kita sendiri bisa berdamai dengan diri sendiri dalam menghadapi segala keadaan.
Kedua, pandemi adalah kondisi di luar kendali kita. Maka, kita tidak bisa menyalahkan keadaan, karena ini bagian dari taqdir Allah yang musti kita jalani bersama dengan lapang dada. Yang bisa kita lakukan adalah mengubah sudut pandang agar bagaimana pandemi ini mampu membuat kita mengambil hikmah-hikmah.
Ketiga, saat ini adalah era dimana lahirnya generasi Alpha. Dimana generasi ini, lahir dan tumbuh di era teknologi yang berkembang sangat pesat. Maka, menurut saya sebagai orangtua dan guru bagaimana mengubah pola pikir kita yang mungkin masih terbawa era-era sebelumnya, menjadi berpola pikir digital menyesuaikan zaman. Karena saat ini memang zamannya teknologi & internet.
Keempat, barangkali pandemi ini adalah saat yang tepat bagi orangtua dan guru untuk membaca situasi sebagai peralihan masa dan perpindahan kebiasaan. Dari yang sebelumnya belajar secara konvensional, menjadi bagaimana belajar dengan memanfaatkan teknologi. Sehingga orangtua dan guru bisa memanfaatkan keadaan ini sebagai sarana untuk berubah. Zaman akan selalu berubah, ia yang tidak turut berubah, akan kalah.
Kelima, bagaimana membawa teknologi sebagai alat pembelajaran yang menyenangkan dan juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan juga iman dan takwa (imtak) anak, menjadi tugas orang tua zaman sekarang dan juga para guru. Sehingga gadget bukan lagi menjadi musuh, tetapi alat belajar. Yaitu alat yang digunakan saat dibutuhkan, bukan sebagai teman bermain anak. Sehingga anak memakai gadget memang saat membutuhkan saja, bukan anak menghabiskan sepanjang waktu dengan bermain gadget. Sehingga anak-anak tidak kehilangan adabnya, juga tidak menafikkan kebutuhannya berkegiatan lain, seperti kegiatan-kegiatan yang memerlukan gerak fisik. Sehingga tidak menyebabkan anak malas gerak (mager).
Saya rangkum review-an saya dalam tamplate sebagai berikut:
#umpanbalik1
#identifikasimasalah
#ibupembaharu
#bundasaliha
#dari rumah untukdunia
#hexagoncity