Terkadang kita sulit sekali memaafkan kesalahan orang lain. Padahal bisa jadi, kita pun pernah juga berbuat salah. Saat berbuat kesalahan, gengsi kalau mau minta maaf. Saat orang lain menurut kita berbuat salah, sulit sekali memaafkan. Akhirnya hati dipenuhi beban berat tentang kesalahan-kesalahan. Dan saat permasalahan banyak timbul, baik mental maupun fisik, kembali menyalahkan pihak lain, semakin bertambah beratlah bebannya itu.
Lepaskan…. Lepaskan hati ini dari sampah-sampah non material yang bebannya mungkin lebih berat dari sampah di TPA. Meminta maaf bukan memalukan, namun justru ksatria. Meminta maaf berarti ciri berani introspeksi diri, mengakui kesalahan diri, barangkali memang ada yang perlu dibenahi.
Memaafkan juga tidak berarti merugi. Karena memaafkan bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri. Agar diri tidak memanggul beban yang memberatkan hidup sendiri.
Masa lalu biarlah berlalu, ambil hikmah dari kejadian itu. Terkadang yang kita anggap melukai, justru malaikat yang tidak gagah juga tidak cantik, namun ia hadir untuk semakin mempercantik hati kita.
Lepaskaaan…. Meski awalnya berat sekali, namun yang berat itu karena kita melekat dengan ego diri. Ego yang merasa dilukai. Dan saat merelakan kemelekatan itu, justru diri sejati semakin menyinari.
Cara memaafkan terbaik untuk yang melukai, membenci, dan tidak menyukai adalah dengan mendoakannya. Jika perlu sedekahkan atas namanya. Apa yang dipersembahkan, hakikatnya kembali kepada yang mempersembahkan.
Karena memaafkan, itu kunci kelapangan…