Alkisah Hasan Basri sholat di sebuah masjid yang diimami oleh seseorang. Beliau merasa tidak nyaman, karena menurut beliau imamnya kurang fasih, tajwidnya banyak salah, dan lainnya. Akhirnya Hasan Basri memilih mundur dan sholat sendiri.
Sepulang ke rumah, beliau tidur dan bermimpi. Bahwa ia kena tegur. Karena imam tadi yang kurang fasih bacaaan Qur’annya, ternyata ia lebih ikhlas, lebih tulus dan lebih bersih hatinya. Hasan Basri pun segera menyadari kesalahannya.
Dan banyak kisah lainnya, yang memberikan pelajaran, bahwa jangan merendahkan yang lain, karena belum tentu kita lebih baik darinya.
Proses dalam peningkatan kualitas diri dan perbaikan diri memang sangat licin. Jebakannya ada dimana-mana. Orang pinter jebakannya merasa paling pinter, orang banyak duit jebakannya merendahkan yang miskin, orang banyak ibadah jebakannya merasa paling soleh, orang banyak ilmu merasa paling tahu segalanya, orang banyak amal merasa paling baik amalnya, orang baik merasa yang lain buruk dan lain sebagainya.
Mungkin ini yang disebut jalan yang lurus itu bagaikan rambut dibelah tujuh, mudah menggelincirkan. Dan karena inilah Nabi menuntun kita untuk beristighfar setiap hari. Karena gerak tubuh(mulut, jempol, bahasa tubuh) saja kadang tidak terkontrol, apalagi gerak hati kita. Tentunya banyak salah kelirunya.
Tapi, semua itu bukan untuk menghentikan kita menjadi terus berbuat baik, banyak amal, banyak ibadah, banyak harta, banyak ilmu dll. Barangkali tipsnya adalah selalu sadar bahwa semua yang kita bisa, yang kita miliki dan kita mampu melakukannya, tiada lain juga karena petunjuk dan pertolongan Allah. Laa khaula wala quwaata illa billah. Tiada daya dan upaya kecuali atas kuasa-Nya