Sebelum membaca artikel ini, silakan membaca dulu artikel Membangun Kebiasaan Baik, di sini. Karena tulisan ini, berkaitan dengan artikel sebelumnya.
Mungkin anda bertanya, kenapa ada anak yang sedari lahir sudah hidupnya enak, keluarganya baik, pendidikannya baik, dapat jodoh baik, membangun rumah tangga baik, rezeki lancar, anak-anak baik dan lain sebagainya. Sementara mungkin anda, atau orang lain tak seberuntung mereka secara yang bisa dilihat mata.
Seperti yang saya sebut di artikel sebelumnya, bahwa kebiasaan baik akan menjadi tabungan energi positif yang bisa terkonversi dalam kebaikan-kebaikan atau keberuntungan-keberuntungan dalam kehidupan di dunia ini. Saya bahas di dunia ini saja dulu ya. Kalau mbahas sampai akhirat nanti kepanjangan hehehe.
Nah, karena energi ini kekal, maka ia yang banyak menabung energi kebaikan, akan memiliki tabungan energi positif yang banyak juga. Dan ini tidak hanya bisa dicairkan untuk dirinya sendiri, tetapi juga mengalir ke anak keturunan. Berarti kebaikan yang kita rasakan saat ini, bisa jadi juga kontribusi dari orangtua atau leluhur kita yang telah menanam banyak kebaikan. Sehingga kebaikannya mengalir ke dalam diri kita. Bukan murni atas kebiasaan baik yang sudah kita lakukan sendiri.
Jadi, saat lahir kita membawa semacam blueprint dari orangtua dan leluhur kita yang tertuliskan dalam DNA kita, sebagai jalan hidup kita. Maka di tradisi jawa saat seorang ibu hamil, ada ritual mendoakan calon bayi agar dituliskan nasib yang baik. Ini sebagai salah satu wujud ikhtiar orangtua. Jadi, jika ada anak yang memiliki jalan hidup lancar, barangkali orangtua dan leluhurnya memiliki banyak tabungan energi baik. Sehingga anak keturunannya terciprati memiliki nasib yang baik. Meskipun saya yakin, setiap orang memiliki medan perang atau medan perjuangannya sendiri-sendiri.
Enak dong, yang lahir di keluarga yang semuanya sempurna? tunggu dulu. Jika si anak yang beruntung itu, tidak menjaga kebiasaan baik seperti yang dilakukan oleh orangtua dan leluhurnya, bahkan malah melakukan perbuatan-perbuatan yang menghasilkan energi negatif, maka lama-lama energi positifnya juga akan habis, dan tekor. Bisa dirasakan oleh dirinya sendiri, atau oleh keturunannya, yang tidak lagi tercurahi energi keberkahan, tapi sebaliknya menanggung beban-beban energi negatif orangtuanya.
Jadi, apapun kondisi kita saat ini, terima sebagai jatah hidup kita masing-masing. Tidak perlu menyalahkan leluhur juga, jika kita belum banyak tercurahi energi kebaikan sejak lahir, karena keberadaan merekalah yang menjadi jalan keberadaan kita. Justru kita musti berterima kasih, karena mereka kita bisa merasakan nikmatnya hidup dan merasakan dunia. Dan justru juga, kita musti berterima kasih, karena kita diberi tugas untuk menjadi pembersih pohon keluarga. Yaitu dengan cara menyadari peran, dan mulai membangun kebiasaan baik.
Kebiasaan baik kita, bukan hanya bermanfaat untuk diri kita, tapi juga bermanfaat untuk orangtua dan leluhur kita. Dengan sering-sering mendoakan mereka, memuliakan mereka, bersedekah atas nama mereka, banyak berbuat kemanfaatan, dan lain-lain bisa menjadi jalan pembersihan. Inilah yang disebut anak saleh/salehah. Yaitu anak yang memiliki akhlak, perilaku dan amal yang baik. Tentunya ini akan menjadi tabungan energi positif yang sangat besar. Maka disebutkan amal yang tidak akan putus setelah seseorang meninggal salah satunya adalah anak yang saleh. Dan tentunya ini akan sangat bermanfaat juga untuk anak keturunan kita. Karena energi positif yang kita tabung dari kebiasaan baik, akan tercurah kepada mereka juga.
Dan sebaliknya tentu saja. Jika kita tekor energi positif, atau banyak menabung energi negatif, maka anak keturunan kita juga yang bisa jadi akan menanggung beban keburukan.
Jadi kesimpulannya, kita tengah hidup dalam perputaran energi. Kita memiliki energi bawaan lahir, dan kita mempunyai peluang untuk memperbaiki keadaan dengan membangun kebiasaan baik, agar kita banyak memiliki tabungan energi kebaikan juga. Jadi, kita saat ini sedang menuai sekaligus menanam energi-energi, baik positif maupun negatif. Dan tabungan energi yang kita tanam itu, akan berdampak bukan hanya untuk hidup kita, tapi juga orangtua dan leluhur, anak keturunan kita, dan kehidupan kita setelah kematian.
#wallohu’alam bishshowab
Satu tanggapan pada “Perputaran Energi”